Kamis, 02 Februari 2012

Sekilas tentang Qadha dan Qadhar

Sekilas tentang Qadha dan Qadhar




Oleh:Al Usaimin
     Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengutus hamba-Nya Muhammad SAW dengan membawa kebenaran, menyampaikan amanat kepada ummat dan berjihad di jalan-Nya hingga akhir hayat. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau, berikut para keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia.

     Dalam pertemuan ini, kami akan membahas suatu masalah yang kami anggap sangat penting bagi kita umat Islam, yaitu masalah qahda dan qadar. Mudah-mudahan Allah SWT membukakan pintu karunia dan rahmat-Nya bagi kita, menjadikan kita termasuk para pembimbing yang mengikuti jalan kebenaran dan para pembina yang membawa pembaharuan.

     sebenarnya masalah ini sudah jelas. Akan tetapi kalau bukan karena banyaknya pertanyaan dan banyaknya orang yang masih kabur dalam memahami masalah ini serta banyaknya orang yang membicarakannya, yang kadangkala benar tetapi seringkali salah; di samping itu tersebarnya pemahaman-pemahaman yang hanya mengikuti hawa nafsu dan adanya orang-orang fasik yang berdalih dengan qadha dan qadar untuk kefasikannya; seandainya bukan karena itu semua, niscaya kami tidak akan berbicara tentang masalah ini.

     Sudah sejak dahulu masalah qadha dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW keluar menemui sahabatnya, ketika itu mereka sedang berselisih tentang masalah qadha dan qadar maka beliau melarangnya dan memperingatkan bahwa kehancuran umat-umat terdahulu tiada lain karena perdebatan seperti ini.

     Walaupun masalah qadha dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam, tetapi Allah SWT telah membuka hati para hamba-Nya yang beriman, yaitu para salaf shaleh yang mereka itu senantiasa menempuh jalan kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha dan qadar adalah termasuk rububiyah Allah atas makhluk-Nya. Maka masalah ini termasuk dalam salah satu diantara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama:

Pertama: tauhid Al-Uluhiyah, ialah mengesakan Allah SWT dalam beribadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karena-Nya semata.

Kedua: tauhid Ar-Rububiyah, ialah mengesakan Allah SWT dalam perbuatan-Nya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.

Ketiga: tauhid Al-Asma wash-Shifat, ialah mengesakan Allah dalam asma dan sifat-Nya. Artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa dangan Allah dalam dzat, asma maupun sifat.

     Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid Ar Rububiyah. Oleh karena itu imam Ahmad rahimahullah berkata: "Qadar adalah merupakan kekuasaan Allah. Karena tak syak lagi, Qadar (takdir) termasuk qudrat dan kekuasaan-Nya yang menyeluruh, di samping itu, qadar adalah rahasia Allah yang tersembunyi, tak ada seorang pun yang dapat mengetahuinya kecuali dia, tertulis di lauh mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu, takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang shahih.

     Umat Islam dalam masalah qadar ini terpecah menjadi tiga golongan:

     Pertama: mereka yang ekstrim dalam menetapkan qadae dan menolak adanya kehendak dan kemampuan makhluk. Mereka berpendapat bahwa manusia sama sekali tidak mempunyai kemampuan dan keinginan, dia hanya dikemudikan dan tidak mempunyai pilihan, laksana bulu yang tertiup angin. Mereka tidak membedakan antara perbuatan manusia yang terjadi atas kehendaknya dan perbuatan yang erjadi diluar kehendaknya, tentu saja mereka ini keliru dan sesat, karena sudah jelas menurut agama, akal dan adat kebiasaan bahwa manusia dapat membedakan antara perbuatan yang di kehendaki dan perbuatan yang terpaksa.

     Kedua: mereka yang ekstrim dalam menetapkan kemampuan dan kehendak makhluk  sehingga mereka menolak bahwa apa yang diperbuat manusia adalah karena kehendak dan keinginan Allah serta diciptakan oleh-Nya. Menurut mereka, manusia memiliki kebebasan atas perbuatannya. Bahkan ada diantara mereka yang mengatakan bahwa Allah tidak mengetaui apa yang diperguat oleh manusia kecuali setelah terjadi. Mereka inipun sangat ekstrim dalam menetapkan kemampuan dan kehendak makhluk.

     Ketiga: mereka yang beriman, sehingga diberi petunjuk oleh Allah untuk menemukan kebenaran yang diperselisihkan. Mereka itu adalah Ahlussunnah Wal Jamaah. Dalam masalah ini mereka menempuh jalan tengah dengan berpijak di atas dalil syar'i dan dalil aqli. Mereka berpendapat bahwa perbuatan yang dijadikan Allah di alam semesta ini terbagi atas dua macam:

      Perbuatan yang dilakukan oleh Allah terhadap makhluk-Nya. Dalam hal ini tak ada kekuasaan dan pilihan bagi siapapun. Seperti turunnya hujan, tumbuhnya tanaaman, kehidupan, kematian, sakit, sehat dan banyak contoh lainnya yang dapat disaksikan pada makhluk Allah. Hal seperti ini, tentu saja tak ada kekuasaan dan kehendak bagi siapapun kecuali Allah yang maha Esa dam Kuasa.

     Perbuatan yang dilakukan oleh semua makhluk yanlg mempunyai kehendak. Perbuatan ini terjadi atas dasar keinginan dan kemauan pelakunya;  karena Allah menjadikannya untuk mereka. Sebagaimana firman Allah:

"Bagi siapa diantara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus". (At Takwir.28)

"Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghenandaki akhirat". (Ali Imron: 152)

"Maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir)  biarlah ia kafier". <  Demikian sebagian uraian isi buku ini, untuk dapat melihat dan mengkaji lebih jauh isi buku ini silahkan anda. DOWNLOAD DI SINI

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Coretan Tamu

CORETAN TAMU