Ada dua malam yang senantiasa dibayangkan setiap muslim:
Pertama; sebuah malam ketika ia berada di rumahnya berama anak-anak dan keluarganya dalam keadaan bahagia, hidup berkecukupan, sehat dan sejahtera, dan tertawa riang bersama mereka.
Kedua; sebuah malam setelah kematian menjemputnya. Yakni, setelah ia dimasukkan ke dalam liang kubur dan hari pertama ia tinggal di dalamnya.
Mengenai malam kedua ini, seorang penyair Arab berkata:
"Hari itu keberanjak dari tempat tidurku, karena ketenangan pergi meninggalkanku.
Lalu, ia berkata: Lalu aku berjalan ke sana kemari, kemudian berpindah dari satu tempat tidur ke tempat tidur yang lain. Sungguh, malam itu aku sama sekali tidak bisa tidur karena memikirkan malam pertama di kubur. Sungguh, demi Allah..... Bagaimanakah keadaan malam pertama di kubur nanti? Ya.....!
Pada hari itu seorang manusia di tempatkan di dalam sebuah lubang seorang diri tanpa teman, istri dan anak-anak, dan ia hanya akan ditemani oleh amalnya sendiri.
"Kemudian mereka dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum kepunyaan-Nya. Dan Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat." (QS. aL-aN'AM; 62)
Malam pertama di dalam kubur adalah malam di mana para ulama menangis, para pemimpin mengadu, dan para penyair meratap.
Malam pertama di liang kubur.....
Syahdan, seorang yang shaleh tiba-tiba mengalami sakaratul maut karena sengatan ular. Pada saat itu ia tengah berada di perjalanan dan tinggal kepada ibunya, bapaknya, anak-anaknya dan saudara-saudaranya. Ia menyenandungkan sebuah kidung, yang ia lafalkan seiring dengan dengus nafas terakhirnya yang tersengal. Ya, kidung itu adalah kasidah Umm al-'Arabiyyah fi asy-Syi'r al-'Arab. Ia berkata sambil merangkak ke kuburnya;
"Alangkah menyedihkannya saat aku ditinggal sendirian:
Tidur di dalam lubang setinggi dua batu nisan.
Mereka berkata,"Jangan pergi!" Namun mereka menguburku.
Oh... tempat manakah yang lebih jauh dari tempatku ini?"
Kemudian, orang itu menatap:
Bagaimana aku meninggalkan anak-anakku dalam sekejap?"
"Kenapa aku tidak bisa pamit pada kedua orang tuaku?"
"Baginikah kehidupan berakhir? Beginikah aku pergi meninggalkan semuanya?"
"Beginikah semua harta dan kekuatanku hilang seketika?"
Sahabat-sahabatku dan orang-orang yang menguburkanku memohon kepadaku, "Jangan pergi! Ya Tuhan jangan pisahkan kami!"
Tempat manakah yang lebih jauh dari tempatku?
Tempat manakah yang lebih buruk dari tempat kembali ini?
Tempat manakah yang lebih gelap dari tempat ini?
Dapatkah Anda bayangkan semua ini????
untuk lebih lengkap isi buku ini silahkan anda download via 4shared
DOWNLOAD DI SINI
Pertama; sebuah malam ketika ia berada di rumahnya berama anak-anak dan keluarganya dalam keadaan bahagia, hidup berkecukupan, sehat dan sejahtera, dan tertawa riang bersama mereka.
Kedua; sebuah malam setelah kematian menjemputnya. Yakni, setelah ia dimasukkan ke dalam liang kubur dan hari pertama ia tinggal di dalamnya.
Mengenai malam kedua ini, seorang penyair Arab berkata:
"Hari itu keberanjak dari tempat tidurku, karena ketenangan pergi meninggalkanku.
Lalu, ia berkata: Lalu aku berjalan ke sana kemari, kemudian berpindah dari satu tempat tidur ke tempat tidur yang lain. Sungguh, malam itu aku sama sekali tidak bisa tidur karena memikirkan malam pertama di kubur. Sungguh, demi Allah..... Bagaimanakah keadaan malam pertama di kubur nanti? Ya.....!
Pada hari itu seorang manusia di tempatkan di dalam sebuah lubang seorang diri tanpa teman, istri dan anak-anak, dan ia hanya akan ditemani oleh amalnya sendiri.
"Kemudian mereka dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum kepunyaan-Nya. Dan Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat." (QS. aL-aN'AM; 62)
Malam pertama di dalam kubur adalah malam di mana para ulama menangis, para pemimpin mengadu, dan para penyair meratap.
Malam pertama di liang kubur.....
Syahdan, seorang yang shaleh tiba-tiba mengalami sakaratul maut karena sengatan ular. Pada saat itu ia tengah berada di perjalanan dan tinggal kepada ibunya, bapaknya, anak-anaknya dan saudara-saudaranya. Ia menyenandungkan sebuah kidung, yang ia lafalkan seiring dengan dengus nafas terakhirnya yang tersengal. Ya, kidung itu adalah kasidah Umm al-'Arabiyyah fi asy-Syi'r al-'Arab. Ia berkata sambil merangkak ke kuburnya;
"Alangkah menyedihkannya saat aku ditinggal sendirian:
Tidur di dalam lubang setinggi dua batu nisan.
Mereka berkata,"Jangan pergi!" Namun mereka menguburku.
Oh... tempat manakah yang lebih jauh dari tempatku ini?"
Kemudian, orang itu menatap:
Bagaimana aku meninggalkan anak-anakku dalam sekejap?"
"Kenapa aku tidak bisa pamit pada kedua orang tuaku?"
"Baginikah kehidupan berakhir? Beginikah aku pergi meninggalkan semuanya?"
"Beginikah semua harta dan kekuatanku hilang seketika?"
Sahabat-sahabatku dan orang-orang yang menguburkanku memohon kepadaku, "Jangan pergi! Ya Tuhan jangan pisahkan kami!"
Tempat manakah yang lebih jauh dari tempatku?
Tempat manakah yang lebih buruk dari tempat kembali ini?
Tempat manakah yang lebih gelap dari tempat ini?
Dapatkah Anda bayangkan semua ini????
untuk lebih lengkap isi buku ini silahkan anda download via 4shared
DOWNLOAD DI SINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar