Minggu, 15 April 2012

Risalah Lidah

Risalah Lidah

oleh: Clara Ng

Tidak ada salahnya mempublikasikan cerpen karya orang lain sebagai referensi,sarana mendidik, bahan bacaan, ataupun belajar menulis cerpen. Padahal semula aku malas menampilkannya. Tapi cerpen yang ini cukup unik dan terkesan membingungkan bagi pembaca dan terserah pembaca sendiri yang menterjemahkan maksud dari cerpen ini.

Menurut aku cerpen ini menceritakan tentang simbol ucapan seseorang (lidah) adalah cermin dari pribdi atau hatinya (kota di atas lidah) seseorang kurang lebih seperti itu. Bagaimana menurut anda?

IA menemukan kota kecil di dalam mulutnya. Sebulan lalu, waktu Ibu selesai mengepang rambutnya panjang di kiri dan kanan, Asna mendengar suara tangisan bayi. Suara itu berasal dari dalam tubuhnya—betapa anehnya ungkapan itu, tapi rasanya benar. Setelah kebingungan beberapa saat, akhirnya Asna membuka mulut di depan cermin, memandang kegelapan di tenggorokannya sambil menunggu kesunyian lewat. Telah hilang semenit, suara tangis itu terdengar lagi.

Cepat-cepat Asna menjulurkan lidah. Pancaran matanya berkilat tak percaya ketika memandangi lidahnya. Ada sesuatu di sana. Air mukanya yang tadi merona merah jambu langsung luntur menjadi pias. Apa yang terjadi? Ia sedang berdiri di depan cermin sambil memandangi lidahnya yang padat dengan jalan raya, rumah, gedung, dan pagar. Ada kota mungil tumbuh di atas lidahnya.

Asna terguncang hebat, mundur selangkah. Lidahnya masuk kembali ke dalam mulut dengan kilat seakan tertelan. Seluruh pori-pori kulitnya gemetar. Apa itu tadi? Sebuah kota? Atau apa? Gadis delapan tahun itu tak bisa memikirkan apa yang barusan melintas di depan matanya. Otaknya membeku. Dengan gamang, ia mengalihkan pandangannya kembali ke arah cermin. Jam berdetik, tak bisa mengukur ketegangan yang ia rasakan.

Sekarang Asna baru tahu, ternyata lidah punya kejutan berbuncah. Pelan-pelan ia membuka mulut lagi, menjulurkan lidah sejauh-jauhnya. Sungguh, ia tidak salah lihat. Menakjubkan. Terpukaulah ia. Lihat, ada peradaban di lidahnya! Ada anak-anak kecil bersepeda di taman ditemani ibu-ibu muda mendorong kereta bayi. Pohon-pohon hijau melambai indah, berderet-deret di sepanjang jalan. Mobil-mobil berlalu lalang dengan santai, tidak ada kesibukan yang dikejar-kejar. Ada gedung-gedung jangkung seperti gedung-gedung di New York. Ada hotel-hotel mungil dengan jendela berbingkai seperti di Paris. Air mancur di kolam-kolam bening seperti di Madinah. Asna takjub tak alang kepalang. Ia seperti menemukan pintu ajaib menuju negeri dongeng.

Ini hal baru. Tentu saja Asna akrab dengan lidahnya, sama seperti manusia-manusia normal yang akrab dengan anggota tubuhnya yang lain. Ia tidak terlalu sering memperhatikan apa yang terjadi dengan lidahnya, tapi ia tahu lidahnya selalu ada di sana untuknya. Lidah selalu melakukan tugas dan pekerjaannya dengan baik, Asna tidak perlu protes dengan lidah. Hanya sekali-kali ketika sariawan menyerang, Asna membenci masa-masa itu, tapi tidak pernah membenci lidah.

Penemuan kota lidah berusaha Asna ceritakan pada ibu, tapi ibu tidak mau mendengar. Katanya Asna mengada-ada. Ia ceritakan pada ayah, tapi ayah hanya tertawa lalu sibuk menekuni ponselnya. Ia mau ceritakan pada guru mengaji, tapi kayaknya percuma karena bisa-bisa ia dipukul pakai penggaris. Akhirnya Asna tidak mau bercerita pada siapa-siapa.

KOTA itu terus tumbuh dan Asna menjadi saksi pertumbuhan kota itu. Bayi yang dilihatnya kemarin merangkak, esoknya sudah belajar jalan. Anak yang bermain bola ternyata minggu depannya sudah merokok. Lelaki berkumis yang rajin mengajar di sekolah ternyata dua minggu kemudian meninggal dunia. Waktu berdetik lebih cepat di sana.

Asna betah kembali ke lidahnya. Bagai magnet, ia tak bisa mengelak dari rasa ketertarikan pada kota damai yang pelan-pelan berubah menjadi bising. Hiruk-pikuknya menjadi tanda-tanda tragedi yang mengerikan. Mobil-mobil di jalan raya sering mengeluh dan melenguh keras. Anjing menggonggong mengancam, bercampur baur dengan bunyi-bunyi ganjil lainnya. Para penghuni kota berusaha menjinakkan teror yang tumbuh semakin besar.

Suatu hari, di tengah malam Asna terbangun oleh pekik kemarahan yang menggema di kepalanya. Ia turun dari ranjang dan berjinjit di depan cermin. Di sana tampak lampu-lampu jalan yang meredup, menjadi saksi keributan manusia yang terusir dari pinggir jalanan dan kolong jembatan. Wajah-wajah bengis dan paras-paras putus asa saling memandang satu sama. Mereka dorong-mendorong dan caci-mencaci. Tangisan anak-anak dan jeritan kutukan sahut menyahut. Adegan demi adegan terus beralih, tiba-tiba terdengar suara tembakan. DOR!

Asna terpaku kaget, lidahnya nyaris tertelan. Cepat ia berbalik, terbirit-birit menuju kamar ibu. Ia menyusup di tengah-tengah orangtuanya, tak bisa lelap tidur sepanjang malam. Matanya berkaca-kaca. Ia mengompol pada dini hari.

Esoknya ibu marah sekali pada Asna. “Bagaimana mungkin anak kelas tiga SD masih kencing di kasur?” bentak ibu murka. Asna membela diri, ia tidak sadar kemarin malam. Ibu tidak menyimak perkataannya. Ibu terus membentak-bentak Asna, merepet-repet sambil mengganti seprai. Mbak Iyo sudah seminggu pulang kampung dan belum balik. Sepertinya Mbak Iyo mencuri kesabaran Ibu dan membawanya ke kampung untuk dibagi-bagikan kepada ibu muda di sana. Sungguh beruntung ibu-ibu muda di kampung Mbak Iyo.

Asna kagum dengan tsunami kata-kata ibu. Ia ingin tahu bagaimana seorang perempuan bisa berbicara secepat itu? Asna mendelik memperhatikan lidah ibu, seperti apa lidahnya. Lidahnya datar. Ya, ya, seperti apa kota yang tumbuh di lidah datar itu? Asna meminta ibu menjulurkan lidah. Oh, mengamuklah ibu! Ia tambah marah, mengira anak perempuannya menyepelekannya habis-habisan. Marahnya sambung menyambung, bergantian; seperti naga ia menyembur-nyemburkan api. Namun bukan ibu namanya kalau ia tidak maha pengampun. Setelah marah-marah tak berkesudahan, marah ibu disudahi juga. Ia menjulurkan lidah buat Asna.

Ada yang salah. Ternyata tidak ada kota apa-apa di lidah ibu. Asna malah terpaku memandang gurun pasir. Gurun pasir berwarna kuning keemasan tercadar oleh debu. Kaktus-kaktus berdiri kaku dalam keheningan, masing-masing sendirian dalam hamburan angin yang mengaum keras. Cahaya hanya redup di sana, kalah oleh kematiannya. Tidak ada keriangan, semuanya beku dan panas seperti api kebencian. Ibu bertanya apa Asna puas? Asna terlalu kaget untuk menjawab apa-apa. Ibu menarik lidahnya lagi, menelan gurun pasir ke dalam mulutnya.

Sejak hari itu, Asna mulai senang membujuk orang-orang untuk menunjukkan lidahnya. Asna menemukan permainan baru, menyadari bahwa lidah-lidah yang dimiliki manusia tidak ada yang sama. Ayahnya memiliki pasar yang teramat besar tumbuh di atas lidahnya. Di sana ada pedagang-pedagang yang suka saling tipu-menipu satu sama lain. Jalan-jalan besar lebar yang penuh dengan teriakan penjual merayu kebohongan. Keramaian tak tertanggungkan di bawah terpal-terpal yang gagah melindungi meja kayu dan daging ayam, kambing dari sengatan panas. Kekotoran dan kesemrawutan yang membusuk.

Lidah pamannya lebih lucu lagi. Tidak ada kota atau pasar atau gurun pasir di sana. Yang ada hanya lapangan luas dengan satu monumen agung di tengahnya. Setiap hari lapangan itu penuh sesak dengan orang-orang yang berlomba-lomba mengangkat spanduk dan kepalan tangan. Mereka berprotes dan berdemonstrasi, berpekik tentang demokrasi, revolusi, kekuasaan, kemerdekaan, kejayaan, kemenangan. Berulang-ulang kata yang sama dipanggil, pagi siang sore malam; tidak ada hal yang baru lagi. Manusia-manusia adalah poros alam semesta di dalam lidah paman, bukan yang lain.

Siapa yang percaya pada apa yang dilihat Asna? Mereka ikut-ikutan melihat di cermin, tapi yang ada di mata mereka hanya lidah biasa berwarna merah dengan bintil-bintil kecil seperti jerawat. Tidak kelihatan apa-apa. Lagian siapa yang mau memercayai anak kecil? Yang tidak tampak tapi dikatakan tampak, bukan cerita istimewa yang layak didengarkan. Asna dituduh memiliki daya khayal dan tingkat lelucon yang terlalu kekanak-kanakan.

Tidak ada lagi yang mau percaya pada perkataan Asna, sebab itu Asna bosan memberitahu. Ia memutuskan hanya mengamati lidahnya saja, menonton dalam kegairahan yang tak berjumlah ketika kota di lidahnya tumbuh semakin serampangan.

ASNA tumbuh semakin besar, demikian juga dengan kota di lidahnya. Waktu ia berumur sepuluh tahun, kota itu semakin sesak. Jalan layang bertumpuk-tumpuk, sampah berkembang biak, mal-mal dengan etalase yang genit membakar setiap inci kota. Deru angin menggulung-gulung, menebarkan kengerian dan kebekuan di sepanjang trotoar. Waktu ia berumur lima belas, pohon-pohon gundul di sepanjang taman-taman. Penjara penuh dengan orang yang saling membunuh, tapi lama-lama satu per satu orang mati karena terbunuh. Gedung bioskop kosong melompong.

Sepanjang gang, kekejaman meluap dari gorong-gorong tempat tikus-tikus raksasa hidup. Sejak remaja, Asna tidak lagi meminta orang menunjukkan lidahnya pada Asna. Ia mual melihat lidah-lidah di dunia. Bertahun-tahun Asna mencari lidah yang menumbuhkan taman Firdaus di atasnya, tapi ia tidak pernah menemukan. Ia melihat ratusan kota pengap, gurun pasir mengerikan, ladang ilalang yang kesepian, berhektar-hektar payau, kebun yang hangus, sampai kubangan tinja. Ia tidak sanggup melihat lagi.

Dalam kesendiriannya, Asna menonton kehancuran kota lidahnya yang merayap dengan cepat pada usia tujuh belas tahun. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk menolongnya, seakan-akan kotanya memiliki takdirnya sendiri. Mustahil menyelamatkan, bahkan ia sendiri tidak tahu harus bertanya kepada siapa. Kotanya mati setahun setelahnya. Tembok cat mengelupas, menelanjangi dinding-dinding yang runtuh perlahan-lahan. Jendela kosong memandangi gema. Pintu retak-retak, membisu sepanjang malam. Pabrik berhenti menggerutu dengan asapnya. Tidak ada manusia yang hidup di kota itu lagi.

Hati Asna hampa melihat kota lidahnya lenyap. Ia ingat bayi-bayi lucu yang tumbuh besar, bekerja, lalu mati. Ia juga ingat rumah-rumah kecil yang berkembang menjadi semakin tinggi dan luas, dengan keluarga-keluarga yang membengkak. Ia ingat bunga-bunga yang mengembang bersama embun. Tapi kenangan adalah seperti kertas yang tersiram air, melumatkan kata-kata yang tertera di atasnya, dan lama-lama menghancurkan kertas itu sendiri. Di usia dua puluh tahun, Asna lupa akan lidahnya. Boro-boro ingat kota, ia bahkan tidak ingat memiliki lidah. Berbaring dengan ringan setiap malam tanpa terganggu suara-suara berisik yang dulu berasal dari lidahnya.

Suatu hari keponakannya yang mungil memasuki kamar Asna, menatap tantenya dengan pancaran mata misterius, pekat oleh kabut rahasia. Asna bangun dari ranjang, menyambut Ratri. Biasanya keponakannya pasti hendak mengajaknya bermain atau mengobrol tentang pelajaran menggambar. Tapi kali ini Ratri tidak mengajaknya bermain, ia malah meminta Asna membuka mulut dan menjulurkan lidah. Masih tersenyum Asna mengangguk, mengabulkan permintaan Ratri. Ia menjulurkan lidahnya.

Ratri bilang lidah Asna menakjubkan. Ada kuburan besar di dalamnya. Ada deretan nisan putih pualam yang seakan-akan mengeja sendiri kata-kata yang tertulis di sana. Daun-daun merontokkan dirinya di atas pekuburan, meliuk-liuk dan berbisik-bisik menjadi gerimis. Semuanya mendesing seperti peluru dalam kesunyian.

Asna memandang Ratri dengan tatapan heran. “Kuburan di lidah?” tanyanya.

Ratri bilang, “Coba lihat di cermin, Tante.”

Asna pergi ke cermin dan menjulurkan lidahnya sekali lagi.

“Sayang, tidak ada kuburan di sini.”

Keponakannya tetap ngotot.

“Tapi Tante tidak melihat apa-apa.”

Ratri memberikan tatap kecewa kepada Asna. Asna balas memandang Ratri dengan senyum lebar. Ratri melengos. Gadis kecil itu tidak mengatakan apa-apa lagi, mungkin menyerah meyakinkan Asna atau tidak punya ketekunan memberitahu. Ia melompat-lompat keluar seperti kelinci, terus berjalan menuju ke kebun belakang.

Sekeluarnya Ratri dari kamar, Asna berbaring di ranjang dengan senyum yang masih dikulum. Anak-anak, pikirnya sambil mendengus, tidak pernah berbicara benar. Mereka selalu berkhayal yang aneh-aneh. Mereka… ah. Mendadak sesuatu menyisiri pikirannya, ada yang berdenting di sana. Asna mengingat kupu-kupu, mengingat rumah, mengingat kota, mengingat lidah, sepertinya terjadi beberapa dekade lalu. Terasa samar-samar, tapi ada. Seberapa kuatnya ia berusaha mengingat, Asna tidak pernah bisa kembali ke jejak masa lalu.

Asna segera melupakan perkataan Ratri tentang kuburan, dan juga tentang imaji hujan daun di musim gugur. Sudah terlalu siang, ia tidak mau berpikir terlalu berat. Ia hanya ingin menikmati tidur yang tak terganggu sampai matahari turun. Hari ini adalah hari cutinya, enaknya dinikmati di rumah seharian. Biarkan saja atasan dan rekan kerjanya menjadi besi karatan, tenggelam di lautan hiruk pikuk kesibukan kantor. Asna mematikan Blackberry-nya. Matanya terpejam pelan-pelan, kegelapan menghunuskan pedangnya. Sayup-sayup terdengar gelak tawa Ratri dari arah kebun dan teriakan pembantu bersahutan di antaranya. Asna tertidur, lidahnya berdecak-decak dalam mimpi. (*)

(Koran Tempo, 20 Juni 2010)
Clara Ng tinggal di Jakarta. Telah menerbitkan 11 novel, antara lain Jampi-jampi Varaiya (Gramedia Pustaka Utama, 2009); dan sebuah kumpulan cerita pendek, Malaikat Jatuh dan Cerita-cerita Lainnya (Gramedia Pustaka Utama, 2008).

Baca Selengkapnya...

Ssst... jangan berisik


Ssst... jangan berisik
Bismillahirohmanirohihm

Maha Suci Allah yang telah menciptakan bermilyar-milyar lidah dengan segala keajaibannya. Segala puji bagi Allah puji-pujian yang banyak semoga lidah yang telah Engkau ciptakan ini akan terus dan tidak akan pernah berhenti memuji, bertasbih, kepada Allah Sang Pemilik Allam semesta. Shollawat serta salam akan terus tercurah pada junjungan nabi akhirul zaman Rosulullah saw juga keluarga, para sahabat, dan pengikutnya hingga hari kiamat. Amma ba’du.

Terdengar samar-samar suara tangis saat akan memasuki rumah. Suara tangis itu terputus-putus seolah ditahan untuk tidak menangis, tangisan seorang wanita muda dari balik pintu kamar. Dia menangis karena ucapan kotor seperti goblok, mandul, dan kata-kata yang sangat tidak pantas untuk diucapkan seorang manusia dewasa.

Lidah adalah sarana komunikasi penyampai maksud agar terciptanya informasi yang tepat. baik berupa pembicaraan, lagu, tangisan, tawa, ataupun gerak lidah sebagai simbol. Media elektronik, di jalan-jalan, perkampungan, perkotaan, jika tanpa lidah terasa aneh dan sepi. Tapi coba anda bayangkan saat menonton televisi. Para tokoh politik, Selebritis, dan lain-lain kata-kata yang mereka ucapkan hanyalah pribadi insan yang mengedepankan egoisme. Menang sendiri yang lain salah semua. Naudzubillah dari lidah yang mengeluarkan kata-kata kotor.

Jadi, berhati-hatilah atau cukup, Sssst... jaga lidah kita, kontrol ucapan kita, jangan terlalu banyak berbicara sekalipun itu ucapan yang baik. Terus terang setiap kita berbicara atau apapun yang kita bicarakan hanya satu persen saja mengandung kebenaran. Selebihnya adalah dusta. Rosulullah saw bersabda:

Barangsiapa banyak bicara maka banyak pula salahnya dan barangsiapa banyak salah maka banyak pula dosanya, dan barangsiapa banyak dosanya maka api neraka lebih utama baginya. (HR. Ath-Thabrani)

Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

Seorang memuji-muji kawannya di hadapan Nabi Saw, lalu beliau berkata kepadanya, "Waspadalah kamu, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya (diucapkan berulang-ulang)". (HR. Ahmad)

Sssst... maaf bukan melarang berbicara. Hanya saja bahaya dari lidah jauh lebih hebat dan mengerikan daripada anggota tubuh kita yang lain. Ingat..! fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Ghimah, ucapan yang mampu menyuruh diri kita sendiri memakan bangkai saudara kita sendiri kalaupun ucapan itu benar terlebih lagi ucapan dusta. Rosulullah saw bersabda:

Taburkanlah pasir ke wajah orang-orang yang suka memuji dan menyanjung-nyanjung.(HR. Muslim)

Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab, "Allah dan rasulNya lebih mengetahui." Beliau bersabda, "Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai."(HR. Muslim)

Berhati-hatilah dalam memuji (menyanjung-nyanjung), sesungguhnya itu adalah penyembelihan. (HR. Bukhari)

Seorang memuji-muji kawannya di hadapan Nabi Saw, lalu beliau berkata kepadanya, "Waspadalah kamu, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya (diucapkan berulang-ulang)". (HR. Ahmad)

Seorang umat islam dibangun oleh ucapan sahadat. Terhindar dari segala fitnah dengan ucapan tasbih, takbir, dan tahlil. Dan akan selamat dari ancaman neraka dan sebagai pelindung dari api neraka ketika kata yang terakhir diucapkannya adalah "Laa ilaaha illallah" tiada illah yang patut di puji, disembah kecuali Allah. Rosulullah saw bersabda:

Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk. (HR. Bukhari dan Al Hakim)

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam. (HR. Bukhari)

Siapa yang memberi jaminan kepadaku untuk memelihara di antara rahangnya (mulut) dan di antara kedua pahanya (kemaluan) niscaya aku menjamin baginya surga. (HR. Bukhari)

Dua kalimat ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan dan disukai oleh (Allah) Arrohman, yaitu kalimat: "Subhanallah wabihamdihi, subhanallahil 'Adzhim" (Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya, Maha suci Allah yang Maha Agung). (HR. Bukhari)

Barangsiapa akhir ucapannya "Laa ilaaha illallah" 'Tiada Tuhan selain Allah' niscaya dia masuk surga.( HR. Abu Dawud)

Semoga saya, kamu, dan kita menjadi pribadi yang mampu menjaga lidahnya. Akhir kata Ssssttt.. jangan berisik yah?! ada bayi lagi bobo. Wasallam


Baca Selengkapnya...

Jumat, 13 April 2012

Manusia Bodoh

Manusia Bodoh
Mengubah pribadi menjadi manusia kreatif ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Terlebih untuk manusia bodoh yang harus memulainya dari nol besar. perlu kesabaran, dan disiplin waktu untuk berkreasi apa saja atau paling tidak membiasakan diri dengan sesuatu yang baru dan dunia baru.

Saya teringat celoteh kawan ketika masih aktif di dunia pers. Uh.. Apes banget gue nih.. Semula mengira kalau membuat cerpen itu mudah tinggal punya daya khayal dan ngelantur kemana-mana kemudian ditulis apa yang akan ditulis yakin hasilnya bisa bagus dan menarik. Apalagi menulis artikel pendek diibaratkan seperti catatan kecil dengan sedikit ilmu yang dikembangkan dengan sejumlah bla..bla.. pasti jadi.

Tapi semua diluar dugaan. meleset total. Setiap kali akan membuat cerpen, mbrrr... pikiran blank, kosong, buyar. Bertumpuk ide yang sudah tersusun rapi dan siap di wujudkan dalam bentuk tulisan tiba-tiba hilang seketika. Adakah yang salah pada diri. Lalu terletak pada apa kesalahan diri.

Sekarang rasa malas menguasai diri dan sulit untuk melepaskan cengkramannya. Kesal bercampur marah dengan keadaan otak tumpul. Manusia yang tidak kreatif. Manusia yang cepat jenuh. Manusia bodoh. Manusia yang mudah putus asa.

Kembali memacu motivasi, mengembalikan gairah untuk menulis menjadikan diri menjadi seorang kreatif mengolah kata-kata yang menjadi inspiratif sulit dibangun kembali. Dunia khayal seolah enggan mendekati mimpi. Membiarkan aku sibuk dengan kekesalan. ufh..

Dengan maksud mencoba bangkit dari kemalasan, kejenuhan, kekesalan, atau kata-kata kotor lain yang tepat di alihkan membuka beberapa situs tentang motivasi:
Tiap orang mempunyai bakat. Apa yang kurang adalah keberanian untuk mengantar bakat ketempat gelap yang dituju. (Enica Jang)

Orang yang sukses adalah orang yang bisa membangun landasan yang kuat dengan batubata yang dilemparkan orang lain kepadanya. (David Brinkley)

Motivasi adalah seperti api dari dalam. Jadi Anda yang bertanggung jawab penuh untuk menyalakannya. Apabila Anda berharap orang lain yang menyalakan untuk Anda, kemungkinan apinya hanya menyala sebentar. (Haryanto Kandani)

Jika anda maju dengan penuh keyakinan menuju impian dan berusaha menghayati kehidupan yang dibayangkannya, anda akan bertemu dengan keberhasilan yang tidak terduga-duga. (Henry D Thoreau)

Makin kita terbukti menjadi orang yang dipercaya, makin kita bisa memuaskan, makin kita kratif, maka insya Allah jalan usaha pun akan semakin terbuka. Bisnis yang tidak menjadi amal, tidak menjadi ilmu, dan memutuskan silaturahmi, walaupun menghasilkan uang tetapi semua itu sesungguhnya adalah bencana. (Aa Gym)
Tapi... tidak satupun yang mampu memotivasi diri untuk berkreasi. Uh.. sial, sekali lagi apa yang salah untuk diri? Ataukah benar adanya bahwa ilmu yang paling utama dan pertama yang harus dimiliki setiap penulis dan berperan besar dalam membangun diri, selebihnya pengalaman, kreatifitas, kerja keras dan lain-lain.

Kalau begitu hanya penyesalan seorang manusia bodoh, dungu, dan tidak punya mimpi yang didapat. Mimpi yang ada hanya ketika tertidur lelap, dan hilang tanpa bekas saat terjaga.

Ehm.. Jangan begitu, tidak ada orang bernama manusia bodoh. Yang ada adalah orang yang memiliki keinginan tapi cara memperolehnya serba ingin cepat-cepat. Dan pada umumnya manusia memiliki sifat terburu-buru atau selalu ingin cepat selesai. Ingin cepat kaya tanpa melalui proses menabung, Ingin cepat pintar tanpa melalui proses belajar menulis,membaca. Ingin cepat jadi orang terkenal tanpa melalui proses audisi dan promosi. Termasuk juga ingin cepat jadi penulis tanpa melalui proses baca sana-sini, mendengar kanan-kiri, melihat atas-bawah, mencium bau busuk-wangi. Jadi pendapat saya proses adalah sesuatu yang lebih penting dari pada hasil, setuju??

Alangkah lebih bijak sekiranya segala pencarian sesuatu dilakukan dengan melalui proses, baik memakan waktu lama ataupun sebentar. Jadi nikmatilah proses itu jangan nikmati hasilnya. karena jika kita menikmati hasilnya akan dirasakan sebentar saja. Tapi kalau menikmati proses sungguh akan terasa lama dan mungkin tak berujung. Setuju??  

Baca Selengkapnya...

Hakikat Hati Yang Sakit

Hakikat Hati Yang Sakit


Bismillahirohmanirohim

Maha Suci Allah, Segala Puji Bagi Allah pujian yang banyak, dan Maha Besar Engkau. Shalawat semoga selalu tercurah pada junjungan kita Rosulullah saw juga keluarganya, para sahabatnya, dan ummatnya hingga akhir zaman.

Fenomena kekerasan di mana-mana seperti: tawuran antar sekolah, mahasiswa, daerah, kekerasan geng motor, korupsi, dan sejumlah kasus yang seolah sudah membudaya di dunia. Penyebabnya tidak lain karena hati mereka yang sakit, entah karena kurang pendidikan tentang agama, kasih sayang orang tua, pergaulan yang bebas tanpa aturan. Sehingga alangkah pentingnya mensikapi ini dengan mempelajari bagaimana hati bisa sakit dan bagaimana untuk mengobati.

Kutipan dari buku buah tulis ulama sekaliber Ibnul Qayyim sangat diperlukan untuk di baca dan ditelaah. yang pada akhirnya mampu memahami dan mengenal tentang hati kita. amiin.

      Allah befirman,
      "Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syetan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit." (Al- Hajj: 53).

      "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya. (Al-Baqarah: 10).

      "Hai istri-istri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya." (Al- Ahzab: 32).
      Allah memerintahkan para istri nabi agar tidak melemah-lembutkan ucapan mereka, sebagaimana yang biasa dilakukan kebanyakan wanita karena hal itu akan merangsang orang yang dalam hatinya ada penyakit syahwat. Meskipun demikian, mereka juga tidak boleh melontarkan ucapan secara kasar sehingga akan menimbulkan keburukan. Yang diperintahkan adalah agar mereka menyampaikan ucapan-ucapan yang baik.
      Allah befirman,
      "Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka." (Al-Ahzab: 60).

      "Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat, dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang Mukmin itu tidak ragu-vagu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan), 'Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" (Al-Muddatstsir: 31).
      Allah mengabarkan tentang hikmah dijadikannya bilangan malaikat penjaga neraka sebanyak sembilan belas. Allah menjelaskan ada lima hikmah. Pertama, sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, sehingga hal itu menjadikan mereka bertambah kufur dan sesat. Kedua, untuk lebih meyakinkan orang-orang yang diberi Al-Kitab, keyakinan mereka akan semakin menguat karena kesesuaian kabar tersebut dengan apa yang disampaikan oleh para nabi mereka, padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak mendengarnya dari mereka. Dan hal itu akan menjadi hujjah atas penentang-penentang mereka, lalu akan tunduk beriman orang yang dikehendaki Allah mendapat petunjuk. Ketiga, bertambahnya iman orang-orang yang beriman karena kesempurnaan kepercayaan dan pengakuan mereka terhadap hal tersebut. Keempat, hilangnya keragu-raguan orang-orang Mukmin dan orang-orang yang diberi Al-Kitab. Di atas itulah keempat hikmah yang dimaksud, yakni; sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, memantapkan keyakinan orangorang yang diberi Al-Kitab, menambah keimanan orang-orang beriman, dan hilangnya keragu-raguan orang-orang Mukmin dan Ahli Kitab.
      Dan hikmah kelima, kebimbangan orang-orang kafir dan mereka yang di dalam hatinya terdapat penyakit serta mereka yang buta hatinya dari maksud diciptakannya hal tersebut, sehingga mengatakan, "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?"
      Inilah keadaan hati saat kebenaran disodorkan padanya. Ada yang mendapat cobaan karenanya sehingga ia kafir dan menentang, ada yang bertambah kepercayaan dan keimanannya, ada yang meyakininya sehingga benar-benar menjadi hujjah baginya, ada pula had yang ragu dan buta terhadapnya sehingga ia tidak mengetahui apa yang dikehendaki dengannya.
      "Yakin dan tidak adanya keraguan" dalam hal ini, jika kembali pada satu hal maka penyebutan "tidak adanya keraguan" adalah peneguhan dan penguat akan keyakinan tersebut, serta menafikan berbagai hal yang berlawanan dengannya, apa pun bentuknya. Tetapi jika kembali pada dua hal yang berbeda, maka "keyakinan" itu kembali pada berita tentang bilangan malaikat, sedang "tidak adanya keraguan" kembali pada semua yang diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Karena berita itu tidak diketahui kecuali dari para rasul yang dikenal kejujurannya. Maka tidak akan ragu-ragu orang yang mengetahui kebenaran berita ini, setelah mengetahui kejujuran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dengan demikian tampaklah manfaat diceritakannya hal tersebut, yakni penyakit hati dan hakikatnya.
      Allah befirman,
      "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus: 57).
      Ia adalah penyembuh apa yang ada di dalam hati dari berbagai penyakit kebodohan dan kesesatan. Karena sesungguhnya kebodohan adalah penyakit, obatnya ilmu dan petunjuk. Kesesatan adalah penyakit, obatnya kebenaran. Dan Allah telah membersihkan Nabi-Nya dari dua penyakit tersebut.
      Allah befirman,
      "Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru." (An-Najm: 1-2).
      Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyifati para khalifah sesudahnya dengan hal yang merupakan lawan dari keduanya, beliau bersabda,
      "Hendaknya kalian (berpegang teguh) dengan Sunnahku dan Sunnah Para khalifah yang mengikuti jalan yang benar dan mendapat petunjuk sesudahku."1)
      Dan Allah menjadikan kalam-Nya sebagai pelajaran bagi segenap manusia pada umumnya dan secara khusus sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang-orang beriman, juga obat paripurna bagi apa yang ada di dalam dada. Siapa yang berobat dengannya niscaya akan sehat dan sembuh dari sakitnya, dan siapa yang tidak berobat dengannya maka ia seperti yang dikatakan dalam syair,
      "Jika ia sembuh dari sakit yang menimpanya ia mengira telah selamat padahal dalam dirinya terdapat penyakit yang membunuh."2)
      Allah befirman,
      "Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (Al-Isra': 82).
      Kata min dalam ayat tersebut bukanlah menunjukkan arti sebagian daripada, tetapi untuk menerangkan jenis (libayanil jins). Seluruh Al- Qur'an adalah obat dan rahmat bagi orang-orang beriman.

Sebab-sebab Timbulnya Penyakit Tubuh dan Hati
      Sakitnya tubuh adalah saat ia tidak dalam keadaan sehat dan baik. Ketika itu tubuh berada di luar kenormalannya disebabkan oleh kerusakan yang menimpanya sehingga fungsi indera dan gerak motoriknya terganggu. Tentang fungsi indera, ia bisa hilang sama sekali misalnya menjadi buta, tuli atau lumpuh. Atau mungkin melemah kekuatannya meskipun semua alat inderanya tetap masih utuh. Atau ia mengindera sesuatu dan tampak hal yang sebaliknya, misalnya manis dirasakannya pahit, jeleknya dipandangnya baik atau baik dipandangnya jelek.
      Adapun kerusakan yang menimpa gerak motorik misalnya adalah melemahnya daya kunyah, daya pegang, daya dorong atau daya tarik. Dengan demikian ia merasakan sakit sesuai dengan tingkat ketidaknormalannya. Meskipun demikian, ia belum sampai pada tingkat binasa dan kematian, ia masih memiliki kekuatan mengindera dan gerak meskipun lemah sekali.
      Adapun sebab ketidaknormalan tersebut, bisa dikarenakan rusaknya kadar tertentu atau cara. Yang pertama, mungkin karena kekurangan materi, sehingga perlu ditambah, atau mungkin karena kelebihan sehingga perlu dikurangi. Yang kedua, mungkin karena kelebihan suhu panas, dingin, lembab atau suhu kering. Atau ia kekurangan dari kadar normal. Untuk itu ia perlu diobati sesuai dengan ukurannya.
      Kesehatan akan diperoleh dengan menjaga kekuatan, memelihara diri dari gangguan dan menghilangkan sumber-sumber kerusakan. Ketiga, hal prinsip inilah yang menjadi konsentrasi para dokter dalam analisis diagnosanya. Dan semua itu telah terkandung dalam Al-Qur'anul Karim. Dzat yang menurunkannya juga menganjurkan agar ia dijadikan sebagai obat dan rahmat.
      Dalam hal menjaga kekuatan, Allah memerintahkan orang musafir dan orang sakit agar berbuka puasa di bulan Ramadhan.3) Orang musafir wajib menggantikan puasanya saat ia datang, sedang orang sakit menggantikannya saat ia sudah sembuh dari sakitnya. Yang demikian itu agar kekuatan keduanya tetap terjaga, sebab puasa akan menambah lemah bagi orang yang sakit dan bepergian akan membutuhkan kekuatan ganda karena kesukaran dalam perjalanan, dan tentu puasa akan membuatnya lemah.
      Sedangkan memelihara dari gangguan, Allah menganjurkan orang sakit agar tidak menggunakan air dingin dalam berwudhu dan mandi, jika hal itu memang membahayakannya. Allah hanya memerintahkan mereka bertayamum, sebagai bentuk tindakan preventif agar jasmaninya yang kasat mata tidak terserang bahaya.4) Jika demikian perhatian Allah terhadap hal yang bersifat lahiriah, apatah lagi terhadap hal yang bersifat batiniah.
      Adapun dalam hal menghilangkan mated yang rusak, maka Allah membolehkan kepada muhrim (orang yang sedang ihram) yang memiliki penyakit di kepalanya untuk mencukur rambutnya,5) sehingga ia menghilangkan bau busuk yang mengganggunya. Dan mencukur adalah salah satu cara yang paling mudah dalam menghilangkan gangguan ter-sebut. Karena itu Allah mengingatkannya, sebab itulah yang paling ia butuhkan.
      Suatu ketika, masalah di atas pernah saya beritahukan kepada para dokter senior di Mesir, serta merta mereka berkomentar, seandainya saya harus pergi ke barat untuk mengetahui faidah tersebut tentu ia merupakan perjalanan yang ringan.
      Jika diketahui demikian, maka hati membutuhkan sesuatu yang menjaganya agar tetap kuat. Dan itu adalah iman dan ketaatan. Juga membutuhkan pemeliharaan dari gangguan yang membahayakannya yaitu dengan menjauhi dosa-dosa, maksiat dan berbagai hal penyimpangan. Termasuk perlu pula dihilangkan setiap hal yang rusak dari padanya. Dan hal itu dengan taubat nashuha dan memohon ampun kepada Dzat Yang Maha Mengampuni dosa-dosa. Sakitnya hati yaitu berupa kerusakan yang menimpanya, sehingga merusak pandangan dan keinginannya terhadap kebenaran. la lalu tidak melihat kebenaran sebagai kebenaran, atau ia melihatnya sebagai sesuatu yang lain dari hakikat sebenarnya, atau pengetahuannya tentang kebenaran menjadi berkurang, sehingga merusak keinginannya terhadapnya. Akhirnya ia membenci kebenaran yang bermanfaat atau mencintai kebatilan yang membahayakan, atau malah kedua hal tersebut secara bersama-sama melekat pada dirinya, dan inilah pada galibnya yang terjadi. Karena itu, penyakit yang menimpa hati terkadang ditafsirkan dengan keraguan dan kebimbangan, seperti menurut penafsiran Mujahid dan Qatadah tentang firman Allah,
      "Dalam hati mereka ada penyakit." (Al-Baqarah: 10).
Maksudnya keragu-raguan. Terkadang pula, penyakit hati itu ditafsirkan dengan nafsu berzina, sebagaimana penafsiran firman Allah,
      "Sehingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya." (Al- Ahzab: 32).
       Pada ayat pertama adalah penyakit syubhat dan pada ayat kedua adalah penyakit syahwat.
      Kesehatan dijaga dengan hal-hal yang sehat pula, sedangkan penyakit ditolak dengan sesuatu yang berlawanan dengannya. Kesehatan akan semakin kuat dengan sesuatu yang sejenis dengan sebab timbulnya kesehatan dan akan hilang dengan sesuatu yang berlawanan dengannya. Kesehatan dijaga dengan hal sejenis dengan sebab timbulnya kesehatan itu, dan akan lemah atau hilang sama sekali dengan adanya sesuatu yang berlawanan dengannya.
      Ketika tubuh yang sakit merasa terganggu dengan sesuatu yang bila menimpa tubuh yang sehat tidak berpengaruh apa-apa; misalnya sedikit panas, dingin, gerakan atau lainnya maka demikian pula dengan hati yang sakit, ia akan merasa terganggu dengan sesuatu yang amat remeh, baik berupa syubhat atau syahwat. Ia tidak akan kuat bila kedua hal tersebut menimpanya. Sedangkan hati yang sehat, berkali lipat ditimpa hal yang sama ia masih kuat menolaknya dengan kekuatan dan kesehatan yang ada pada dirinya.
      Secara ringkas dapat dikatakan, jika orang yang sakit tertimpa dengan sesuatu yang sama dengan sebab penyakitnya maka penyakitnya akan bertambah, kekuatannya akan melemah bahkan akan menghantarnya pada kematian, jika ia tidak segera mendapatkan sesuatu yang dapat memulihkan kekuatannya dan menghilangkan penyakitnya.

Sumber:
(bab 2) MANAJEMEN QALBU: Melumpuhkan Senjata Syetan
Penulis: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah,
Penerjemah : Ainul Haris Umar Arifin Thayib, Lc.
Desain Sampul : HAKA Advertising
Cetakan Keenam : Ramadhan 1426 H/Nopember 2005 M
Diterbitkan Oleh: PT DARUL FALAH
Ket:

1) Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tirmidzi, dan ia berkata, "Hadits ini hasan shahih." Juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya dari Al-'Irbadh bin Sariyah ia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menasihati kami dengan suatu nasihat yang membuat hati bergetar dan menjadikan air mata mengalir. Kami berkata, 'Wahai Rasulullah, seakan-akan ini nasihat perpisahan, karena itu berilah kami wasiat.' Beliau bersabda, 'Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengarkan dan mentaati, bahkan meskipun yang memerintah kalian adalah seorang hamba sahaya. Dan sungguh orang yang masih hidup di antara kalian (sesudahku) akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu hendaknya kalian berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mengikuti jalan kebenaran dan mendapat petunjuk, peganglah ia kuat-kuat, dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru (dalam agama), karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah sesat'." LihatAt-Targhib mat Tarhib, (cet. Halaba, 1/41).

2) Syair ini berbicara tentang penyakit tua. Sebab orang yang usianya telah udzur jika sembuh dari sakit yang menimpanya maka sesungguhnya ia tidak akan sembuh dari kelemahan akibat usianya yang sudah senja.

3) Allah befirman, "Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." (Al-Baqarah: 185).

4) Allah befirman, "Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan lalu kamu tidak memperoleh air maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih), sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu." (Al-Ma'idah: 6). 5) Allah befirman, "Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur) maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu berpuasa atau bershadaqah atau berkorban." (Al-Baqarah: 196).
Baca Selengkapnya...

Kamis, 12 April 2012

Tengah Malam

Tengah Malam
     Tepat pukul 23.45 waktu indonesia barat mata perih, mulut terasa kecut tapi yang kudapat belum juga kuraih belajar ngeblog postingan pake html. Entah sudah berapa kali aku garuk-garuk kepala dengan komputer jadul di hadapan, sementara proses loading browser yang bikin gemes dan makan waktu yang geregeget geleng kepala aku berusaha sabar dan terima apa adanya.

     Memiliki otak tumpul terasa merepotkan juga. Apalagi dipaksakan belajar bikin sesuatu yang baru seperti blogger ini, tantangan yang sulit. ups.. Kata siapa? kata hati yang menolak kalimat tantangan yang sulit. Segala sesuatu harus dimulai dengan nol besar adapun hasil kedepannya terserah Yang Maha Mengatur. Satu kalimat filosophi Banyak jalan menuju roma artinya bla bla bla kurang lebih seperti itu, selama memiliki kemauan, tekad kuat, kerja keras, dan doa yang terus menerus yakin hasil yang diraih pun maksimal.

      Sekarang pukul 24.00 wib, hari telah berganti. Tidak terasa waktu begitu cepat dan umurpun bertambah satu hari, aku masih di depan komputer jadul ketak-ketik apa yang ada di pikiran khayalku. Jemari yang tidak bosan menuruti kemauan si hati yang dicerna oleh otak untuk kemudian tersalur pada jemari ini. Kok.. jemari tidak protes yah, padahal ketak-ketik kan cape sedangkan si hati diam saja, trus si otak maen printah tidak memikirkan keadaan jemari.

     Kenapa tidak protes? Maha Suci Allah dengan segala kesempurnaan ciptaanya. Sulit dibayangkan jika seandainya bagian tubuh manusia ini dibuatnya tidak akur, seperti keadaan negara kita. Presiden buat rencana keputusan, menteri bersiap melaksanakan keputusan eh.. rakyat gak terima jadinya sedikit-sedikit demo, sedikit-sedikit demo, demo saja kok sedikit-sedikit. Bisa repot yah..

      Pukul 24.00 wib ada dua pilihan antara pilihan duniaku dengan meneruskan ketak-ketik komputer dengan dunia khayalku ataukah berhenti sejenak untuk akhiratku dengan mengerjakan shalat tahajud. Hmm.. berhenti? tanggung belum selesai, lanjutkan mengetik sayang banget kehidupan akhirat jauh lebih penting dan utama ketimbang kehidupan dunia.

     Terngiang dipikiranku tentang dua pilihan itu. Ada pesan seolah itu harus di pilih. ufh... Nafas terasa berat ketika teringat satu hadist. Allah Azza Wajalla berfirman (hadits Qudsi):

     "Hai anak Adam, luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

     Tengah malam penuh hikmah. Suara gemuruh dari langit terdengar jauh pertanda akan hujan. Kembali satu kehebatan Sang Maha Pencipta dengan ciptaannya berupa hujan. hemmm.. aku berhenti dulu yah..
Baca Selengkapnya...

Coretan Tamu

CORETAN TAMU