Jumat, 13 April 2012

Hakikat Hati Yang Sakit

Hakikat Hati Yang Sakit


Bismillahirohmanirohim

Maha Suci Allah, Segala Puji Bagi Allah pujian yang banyak, dan Maha Besar Engkau. Shalawat semoga selalu tercurah pada junjungan kita Rosulullah saw juga keluarganya, para sahabatnya, dan ummatnya hingga akhir zaman.

Fenomena kekerasan di mana-mana seperti: tawuran antar sekolah, mahasiswa, daerah, kekerasan geng motor, korupsi, dan sejumlah kasus yang seolah sudah membudaya di dunia. Penyebabnya tidak lain karena hati mereka yang sakit, entah karena kurang pendidikan tentang agama, kasih sayang orang tua, pergaulan yang bebas tanpa aturan. Sehingga alangkah pentingnya mensikapi ini dengan mempelajari bagaimana hati bisa sakit dan bagaimana untuk mengobati.

Kutipan dari buku buah tulis ulama sekaliber Ibnul Qayyim sangat diperlukan untuk di baca dan ditelaah. yang pada akhirnya mampu memahami dan mengenal tentang hati kita. amiin.

      Allah befirman,
      "Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syetan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit." (Al- Hajj: 53).

      "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya. (Al-Baqarah: 10).

      "Hai istri-istri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya." (Al- Ahzab: 32).
      Allah memerintahkan para istri nabi agar tidak melemah-lembutkan ucapan mereka, sebagaimana yang biasa dilakukan kebanyakan wanita karena hal itu akan merangsang orang yang dalam hatinya ada penyakit syahwat. Meskipun demikian, mereka juga tidak boleh melontarkan ucapan secara kasar sehingga akan menimbulkan keburukan. Yang diperintahkan adalah agar mereka menyampaikan ucapan-ucapan yang baik.
      Allah befirman,
      "Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka." (Al-Ahzab: 60).

      "Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat, dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang Mukmin itu tidak ragu-vagu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan), 'Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" (Al-Muddatstsir: 31).
      Allah mengabarkan tentang hikmah dijadikannya bilangan malaikat penjaga neraka sebanyak sembilan belas. Allah menjelaskan ada lima hikmah. Pertama, sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, sehingga hal itu menjadikan mereka bertambah kufur dan sesat. Kedua, untuk lebih meyakinkan orang-orang yang diberi Al-Kitab, keyakinan mereka akan semakin menguat karena kesesuaian kabar tersebut dengan apa yang disampaikan oleh para nabi mereka, padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak mendengarnya dari mereka. Dan hal itu akan menjadi hujjah atas penentang-penentang mereka, lalu akan tunduk beriman orang yang dikehendaki Allah mendapat petunjuk. Ketiga, bertambahnya iman orang-orang yang beriman karena kesempurnaan kepercayaan dan pengakuan mereka terhadap hal tersebut. Keempat, hilangnya keragu-raguan orang-orang Mukmin dan orang-orang yang diberi Al-Kitab. Di atas itulah keempat hikmah yang dimaksud, yakni; sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, memantapkan keyakinan orangorang yang diberi Al-Kitab, menambah keimanan orang-orang beriman, dan hilangnya keragu-raguan orang-orang Mukmin dan Ahli Kitab.
      Dan hikmah kelima, kebimbangan orang-orang kafir dan mereka yang di dalam hatinya terdapat penyakit serta mereka yang buta hatinya dari maksud diciptakannya hal tersebut, sehingga mengatakan, "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?"
      Inilah keadaan hati saat kebenaran disodorkan padanya. Ada yang mendapat cobaan karenanya sehingga ia kafir dan menentang, ada yang bertambah kepercayaan dan keimanannya, ada yang meyakininya sehingga benar-benar menjadi hujjah baginya, ada pula had yang ragu dan buta terhadapnya sehingga ia tidak mengetahui apa yang dikehendaki dengannya.
      "Yakin dan tidak adanya keraguan" dalam hal ini, jika kembali pada satu hal maka penyebutan "tidak adanya keraguan" adalah peneguhan dan penguat akan keyakinan tersebut, serta menafikan berbagai hal yang berlawanan dengannya, apa pun bentuknya. Tetapi jika kembali pada dua hal yang berbeda, maka "keyakinan" itu kembali pada berita tentang bilangan malaikat, sedang "tidak adanya keraguan" kembali pada semua yang diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Karena berita itu tidak diketahui kecuali dari para rasul yang dikenal kejujurannya. Maka tidak akan ragu-ragu orang yang mengetahui kebenaran berita ini, setelah mengetahui kejujuran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dengan demikian tampaklah manfaat diceritakannya hal tersebut, yakni penyakit hati dan hakikatnya.
      Allah befirman,
      "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus: 57).
      Ia adalah penyembuh apa yang ada di dalam hati dari berbagai penyakit kebodohan dan kesesatan. Karena sesungguhnya kebodohan adalah penyakit, obatnya ilmu dan petunjuk. Kesesatan adalah penyakit, obatnya kebenaran. Dan Allah telah membersihkan Nabi-Nya dari dua penyakit tersebut.
      Allah befirman,
      "Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru." (An-Najm: 1-2).
      Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyifati para khalifah sesudahnya dengan hal yang merupakan lawan dari keduanya, beliau bersabda,
      "Hendaknya kalian (berpegang teguh) dengan Sunnahku dan Sunnah Para khalifah yang mengikuti jalan yang benar dan mendapat petunjuk sesudahku."1)
      Dan Allah menjadikan kalam-Nya sebagai pelajaran bagi segenap manusia pada umumnya dan secara khusus sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang-orang beriman, juga obat paripurna bagi apa yang ada di dalam dada. Siapa yang berobat dengannya niscaya akan sehat dan sembuh dari sakitnya, dan siapa yang tidak berobat dengannya maka ia seperti yang dikatakan dalam syair,
      "Jika ia sembuh dari sakit yang menimpanya ia mengira telah selamat padahal dalam dirinya terdapat penyakit yang membunuh."2)
      Allah befirman,
      "Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (Al-Isra': 82).
      Kata min dalam ayat tersebut bukanlah menunjukkan arti sebagian daripada, tetapi untuk menerangkan jenis (libayanil jins). Seluruh Al- Qur'an adalah obat dan rahmat bagi orang-orang beriman.

Sebab-sebab Timbulnya Penyakit Tubuh dan Hati
      Sakitnya tubuh adalah saat ia tidak dalam keadaan sehat dan baik. Ketika itu tubuh berada di luar kenormalannya disebabkan oleh kerusakan yang menimpanya sehingga fungsi indera dan gerak motoriknya terganggu. Tentang fungsi indera, ia bisa hilang sama sekali misalnya menjadi buta, tuli atau lumpuh. Atau mungkin melemah kekuatannya meskipun semua alat inderanya tetap masih utuh. Atau ia mengindera sesuatu dan tampak hal yang sebaliknya, misalnya manis dirasakannya pahit, jeleknya dipandangnya baik atau baik dipandangnya jelek.
      Adapun kerusakan yang menimpa gerak motorik misalnya adalah melemahnya daya kunyah, daya pegang, daya dorong atau daya tarik. Dengan demikian ia merasakan sakit sesuai dengan tingkat ketidaknormalannya. Meskipun demikian, ia belum sampai pada tingkat binasa dan kematian, ia masih memiliki kekuatan mengindera dan gerak meskipun lemah sekali.
      Adapun sebab ketidaknormalan tersebut, bisa dikarenakan rusaknya kadar tertentu atau cara. Yang pertama, mungkin karena kekurangan materi, sehingga perlu ditambah, atau mungkin karena kelebihan sehingga perlu dikurangi. Yang kedua, mungkin karena kelebihan suhu panas, dingin, lembab atau suhu kering. Atau ia kekurangan dari kadar normal. Untuk itu ia perlu diobati sesuai dengan ukurannya.
      Kesehatan akan diperoleh dengan menjaga kekuatan, memelihara diri dari gangguan dan menghilangkan sumber-sumber kerusakan. Ketiga, hal prinsip inilah yang menjadi konsentrasi para dokter dalam analisis diagnosanya. Dan semua itu telah terkandung dalam Al-Qur'anul Karim. Dzat yang menurunkannya juga menganjurkan agar ia dijadikan sebagai obat dan rahmat.
      Dalam hal menjaga kekuatan, Allah memerintahkan orang musafir dan orang sakit agar berbuka puasa di bulan Ramadhan.3) Orang musafir wajib menggantikan puasanya saat ia datang, sedang orang sakit menggantikannya saat ia sudah sembuh dari sakitnya. Yang demikian itu agar kekuatan keduanya tetap terjaga, sebab puasa akan menambah lemah bagi orang yang sakit dan bepergian akan membutuhkan kekuatan ganda karena kesukaran dalam perjalanan, dan tentu puasa akan membuatnya lemah.
      Sedangkan memelihara dari gangguan, Allah menganjurkan orang sakit agar tidak menggunakan air dingin dalam berwudhu dan mandi, jika hal itu memang membahayakannya. Allah hanya memerintahkan mereka bertayamum, sebagai bentuk tindakan preventif agar jasmaninya yang kasat mata tidak terserang bahaya.4) Jika demikian perhatian Allah terhadap hal yang bersifat lahiriah, apatah lagi terhadap hal yang bersifat batiniah.
      Adapun dalam hal menghilangkan mated yang rusak, maka Allah membolehkan kepada muhrim (orang yang sedang ihram) yang memiliki penyakit di kepalanya untuk mencukur rambutnya,5) sehingga ia menghilangkan bau busuk yang mengganggunya. Dan mencukur adalah salah satu cara yang paling mudah dalam menghilangkan gangguan ter-sebut. Karena itu Allah mengingatkannya, sebab itulah yang paling ia butuhkan.
      Suatu ketika, masalah di atas pernah saya beritahukan kepada para dokter senior di Mesir, serta merta mereka berkomentar, seandainya saya harus pergi ke barat untuk mengetahui faidah tersebut tentu ia merupakan perjalanan yang ringan.
      Jika diketahui demikian, maka hati membutuhkan sesuatu yang menjaganya agar tetap kuat. Dan itu adalah iman dan ketaatan. Juga membutuhkan pemeliharaan dari gangguan yang membahayakannya yaitu dengan menjauhi dosa-dosa, maksiat dan berbagai hal penyimpangan. Termasuk perlu pula dihilangkan setiap hal yang rusak dari padanya. Dan hal itu dengan taubat nashuha dan memohon ampun kepada Dzat Yang Maha Mengampuni dosa-dosa. Sakitnya hati yaitu berupa kerusakan yang menimpanya, sehingga merusak pandangan dan keinginannya terhadap kebenaran. la lalu tidak melihat kebenaran sebagai kebenaran, atau ia melihatnya sebagai sesuatu yang lain dari hakikat sebenarnya, atau pengetahuannya tentang kebenaran menjadi berkurang, sehingga merusak keinginannya terhadapnya. Akhirnya ia membenci kebenaran yang bermanfaat atau mencintai kebatilan yang membahayakan, atau malah kedua hal tersebut secara bersama-sama melekat pada dirinya, dan inilah pada galibnya yang terjadi. Karena itu, penyakit yang menimpa hati terkadang ditafsirkan dengan keraguan dan kebimbangan, seperti menurut penafsiran Mujahid dan Qatadah tentang firman Allah,
      "Dalam hati mereka ada penyakit." (Al-Baqarah: 10).
Maksudnya keragu-raguan. Terkadang pula, penyakit hati itu ditafsirkan dengan nafsu berzina, sebagaimana penafsiran firman Allah,
      "Sehingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya." (Al- Ahzab: 32).
       Pada ayat pertama adalah penyakit syubhat dan pada ayat kedua adalah penyakit syahwat.
      Kesehatan dijaga dengan hal-hal yang sehat pula, sedangkan penyakit ditolak dengan sesuatu yang berlawanan dengannya. Kesehatan akan semakin kuat dengan sesuatu yang sejenis dengan sebab timbulnya kesehatan dan akan hilang dengan sesuatu yang berlawanan dengannya. Kesehatan dijaga dengan hal sejenis dengan sebab timbulnya kesehatan itu, dan akan lemah atau hilang sama sekali dengan adanya sesuatu yang berlawanan dengannya.
      Ketika tubuh yang sakit merasa terganggu dengan sesuatu yang bila menimpa tubuh yang sehat tidak berpengaruh apa-apa; misalnya sedikit panas, dingin, gerakan atau lainnya maka demikian pula dengan hati yang sakit, ia akan merasa terganggu dengan sesuatu yang amat remeh, baik berupa syubhat atau syahwat. Ia tidak akan kuat bila kedua hal tersebut menimpanya. Sedangkan hati yang sehat, berkali lipat ditimpa hal yang sama ia masih kuat menolaknya dengan kekuatan dan kesehatan yang ada pada dirinya.
      Secara ringkas dapat dikatakan, jika orang yang sakit tertimpa dengan sesuatu yang sama dengan sebab penyakitnya maka penyakitnya akan bertambah, kekuatannya akan melemah bahkan akan menghantarnya pada kematian, jika ia tidak segera mendapatkan sesuatu yang dapat memulihkan kekuatannya dan menghilangkan penyakitnya.

Sumber:
(bab 2) MANAJEMEN QALBU: Melumpuhkan Senjata Syetan
Penulis: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah,
Penerjemah : Ainul Haris Umar Arifin Thayib, Lc.
Desain Sampul : HAKA Advertising
Cetakan Keenam : Ramadhan 1426 H/Nopember 2005 M
Diterbitkan Oleh: PT DARUL FALAH
Ket:

1) Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tirmidzi, dan ia berkata, "Hadits ini hasan shahih." Juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya dari Al-'Irbadh bin Sariyah ia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menasihati kami dengan suatu nasihat yang membuat hati bergetar dan menjadikan air mata mengalir. Kami berkata, 'Wahai Rasulullah, seakan-akan ini nasihat perpisahan, karena itu berilah kami wasiat.' Beliau bersabda, 'Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengarkan dan mentaati, bahkan meskipun yang memerintah kalian adalah seorang hamba sahaya. Dan sungguh orang yang masih hidup di antara kalian (sesudahku) akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu hendaknya kalian berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mengikuti jalan kebenaran dan mendapat petunjuk, peganglah ia kuat-kuat, dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru (dalam agama), karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah sesat'." LihatAt-Targhib mat Tarhib, (cet. Halaba, 1/41).

2) Syair ini berbicara tentang penyakit tua. Sebab orang yang usianya telah udzur jika sembuh dari sakit yang menimpanya maka sesungguhnya ia tidak akan sembuh dari kelemahan akibat usianya yang sudah senja.

3) Allah befirman, "Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." (Al-Baqarah: 185).

4) Allah befirman, "Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan lalu kamu tidak memperoleh air maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih), sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu." (Al-Ma'idah: 6). 5) Allah befirman, "Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur) maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu berpuasa atau bershadaqah atau berkorban." (Al-Baqarah: 196).
Baca Selengkapnya...

Kamis, 12 April 2012

Tengah Malam

Tengah Malam
     Tepat pukul 23.45 waktu indonesia barat mata perih, mulut terasa kecut tapi yang kudapat belum juga kuraih belajar ngeblog postingan pake html. Entah sudah berapa kali aku garuk-garuk kepala dengan komputer jadul di hadapan, sementara proses loading browser yang bikin gemes dan makan waktu yang geregeget geleng kepala aku berusaha sabar dan terima apa adanya.

     Memiliki otak tumpul terasa merepotkan juga. Apalagi dipaksakan belajar bikin sesuatu yang baru seperti blogger ini, tantangan yang sulit. ups.. Kata siapa? kata hati yang menolak kalimat tantangan yang sulit. Segala sesuatu harus dimulai dengan nol besar adapun hasil kedepannya terserah Yang Maha Mengatur. Satu kalimat filosophi Banyak jalan menuju roma artinya bla bla bla kurang lebih seperti itu, selama memiliki kemauan, tekad kuat, kerja keras, dan doa yang terus menerus yakin hasil yang diraih pun maksimal.

      Sekarang pukul 24.00 wib, hari telah berganti. Tidak terasa waktu begitu cepat dan umurpun bertambah satu hari, aku masih di depan komputer jadul ketak-ketik apa yang ada di pikiran khayalku. Jemari yang tidak bosan menuruti kemauan si hati yang dicerna oleh otak untuk kemudian tersalur pada jemari ini. Kok.. jemari tidak protes yah, padahal ketak-ketik kan cape sedangkan si hati diam saja, trus si otak maen printah tidak memikirkan keadaan jemari.

     Kenapa tidak protes? Maha Suci Allah dengan segala kesempurnaan ciptaanya. Sulit dibayangkan jika seandainya bagian tubuh manusia ini dibuatnya tidak akur, seperti keadaan negara kita. Presiden buat rencana keputusan, menteri bersiap melaksanakan keputusan eh.. rakyat gak terima jadinya sedikit-sedikit demo, sedikit-sedikit demo, demo saja kok sedikit-sedikit. Bisa repot yah..

      Pukul 24.00 wib ada dua pilihan antara pilihan duniaku dengan meneruskan ketak-ketik komputer dengan dunia khayalku ataukah berhenti sejenak untuk akhiratku dengan mengerjakan shalat tahajud. Hmm.. berhenti? tanggung belum selesai, lanjutkan mengetik sayang banget kehidupan akhirat jauh lebih penting dan utama ketimbang kehidupan dunia.

     Terngiang dipikiranku tentang dua pilihan itu. Ada pesan seolah itu harus di pilih. ufh... Nafas terasa berat ketika teringat satu hadist. Allah Azza Wajalla berfirman (hadits Qudsi):

     "Hai anak Adam, luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

     Tengah malam penuh hikmah. Suara gemuruh dari langit terdengar jauh pertanda akan hujan. Kembali satu kehebatan Sang Maha Pencipta dengan ciptaannya berupa hujan. hemmm.. aku berhenti dulu yah..
Baca Selengkapnya...

Senin, 09 April 2012

Kematian

Kematian
Bismillahirohmannirohim,

Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Illahi, Robb Yang Maha Memberi Ilmu, Hidayah, dan Kasih Sayang yang tiada batas. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada suri tauladan umat Islam, nabi akhir zaman Rasullallah SAW, pun kepada keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman. Ama ba’du
Media informasi, baik cetak ataupun elektronik yang diberitakan kebanyakan adalah tentang kematian. Kemarin lusa oleh karena sopir kontener mengantuk nyawa 9 orang melayang. belum lepas dari ingatan kasus suryati yang menurut sumber kepolisian diakibatkan mabuk karena menelan narkotika ia terpaksa menewaskan 12 orang seketika.
Di belahan dunia, seperti terorisme dengan sejumlah bom bunuh dirinya, tragedi New York, Afghanistan, Palestina, Suriah, dan sebagainya. Sungguh ironis, apa yang kita lihat seolah-olah harga nyawa manusia sudah tidak berharga lagi. Fenomena yang mengerikan dan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adanya. Kematian akan terus membayangi kita. Firman Allah:

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan." (QS. Al Ankabuut:57)

Lalu yang menjadi pertanyaan kita, Sudahkah kita bersiap diri menghadapi kehidupan setelah kematian? Sudah bersiap dirikah? Firman Allah:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam."(QS. Ali Imran:102)

Kematian adalah salah satu misteri yang siapapun tidak akan tahu kapan datangnya. Hanya Allah swt yang Maha Menghidupkan dan Mematikan semua mahluk ciptaannya termasuk kita mahluk bernama manusia. Patut kita renungi dan dicari hikmah dibalik kematian. Sebab setelah kematian masih ada kehidupan. Kehidupan yang sesungguhnya yang setiap orang tidak akan mampu menolong dirinya sendiri apalagi orang lain. Ia harus mempertanggung-jawabkan atas perbuatan yang telah ia lakukan semasa di dunia ini.

Firman Allah: "Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."(QS.Ali Imran:145)

Juga Firman Allah: "Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya."(QS.Al Mu'min: 17)

Alam yang belum kita tempati untuk kita yang masih menjalani kehidupan di dunia. Alam kubur, Padang masyar, mizan, neraka, dan surga. Dapatkah kita membayangkan alam tersebut. Difilm-film, komik, cerpen, dan lain-lain telah banyak menceritakan atau menggambarkan alam tersebut. betulkah? ataukah hanya dunia khayal dari pengarangnya. Allah swt berfirman:

"Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (kesana) malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya."(QS.An Naml:66)

Dan apa yang kita cari bukan keadaan alam itu tapi persiapan diri menghadapi kesemua itu. Semoga kita bersiap diri dan hanya takwa dan syafaat yang mampu menolongnya. Perbaiki diri dari waktu ke waktu. Janganlah berfikir dengan filosofi Time is money. Karena itu menjerumuskan keadaan kita sebagai hamba uang. Tapi jadikanlah waktu adalah kesempatan untuk beramal. Semoga kita termasuk orang yang mendapat hidayah dan penjagaan Allah dari perbuatan maksiat. Amiin.
Baca Selengkapnya...

Jumat, 06 April 2012

Kutipan Muraqabah (Pengintaian) - An Nawawi

Kutipan Muraqabah (Pengintaian) - An Nawawi
      Segala puji hanyalah untuk Allah semata, Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi yang tiada lagi nabi sesudahnya, Nabi kita Muhammad dan juga kepada keluarganya, para Sahabat, dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya sampai hari kiamat. Amma ba’du.
      Riyadhus Shalihin (taman Orang-orang Soleh) adalah karya An Nawawi yang berisi ayat-ayat dan hadith-hadith yang disusun berdasarkan tema yang dikaitkan dengan akhlak dan keperibadian mulia. Buku yang sangat penting untuk kita kaji dan pelajari di dasarkan pada keadaan sekarang yang kemerosotan ahlak dan kepribadian sudah sedemikian parah, terlebih maraknya kajian berbau pornografi di dunia maya ini. Sehingga sangat dimungkinkan perlunya menyajikan artikel pembelajaran yang sifatnya mampu meredam kemerosotang itu. Dan oleh karena hal tersebut pula saya menyajikan bab 5 dari buku Riyadhus Shalihin tentang Muraqabah atau pengintaian.
      Berikut kutipannya
      Allah Ta'ala berfirman:
"Dialah yang melihatmu ketika engkau berdiri dan juga gerak tubuhmu di antara orang-orang yang bersujud." (asy-Syu'ara': 218-219)
      Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan Dia adalah besertamu di mana saja engkau semua berada." (al-Hadid: 4)
      Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu yang tersembunyi baik di bumi ataupun di langit."(ali-lmran: 5)
      Lagi firmannya Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya Tuhanmu itu niscaya tetap mengintipnya." (al-Fajar: 14)
      Juga firmannya Allah Ta'ala:
"Dia Maha Mengetahui akan kekhianatan mata maksudnya pandangan mata kepada sesuatu yang diiarang atau kerlingan mata sebagai ejekan dan lain-lain perbuatan yang tidak baik dan apa saja yang tersembunyi dalam hati.” (al-Mu'min: 19)
Ayat-ayat yang mengenai bab ini banyak sekali dan kiranya dapat dimaklumi.
      Adapun Hadis-hadisnya ialah:
      Pertama: Dari Umar bin Al khathab r.a., katanya:
      Pada suatu ketika kita semua duduk di sisi Rasulullah s.a.w. yakni pada suatu hari, tiba-tiba muncullah di muka kita seorang lelaki yang sangat putih pakaiannya dan sangat hitam warna rambutnya, tidak timpak padanya bekas bepergian dan tidak seorangpun dari kita semua yang mengenalnya, sehingga duduklah orang tadi di hadapan Nabi s.a.w. lalu menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya sendiri dan berkata: "Ya Muhammad, beritahukanlah padaku tentang Islam."
      Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Islam, yaitu hendaknya engkau menyaksikan bahwa tiada piihan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, hendaklah pula engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa bulan Ramadhan dan melakukan haji ke Baitullah jikalau engkau kuasa jalannya ke situ."
      Orang itu berkata: "Tuan benar." Kita semua heran padanya, karena ia bertanya dan juga membenarkannya. Ia berkata lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang Iman."
      Rasulullah s.a.w. bersabda: "Yaitu hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari penghabisan kiamat dan hendaklah engkau beriman pula kepada takdir, yang baik ataupun yang buruk semuanya dari Allah jua."
      Orang itu berkata: "Tuan benar." Kemudian katanya lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang Ihsan."
      Rasulullah s.a.w. menjawab: "Yaitu hendaklah engkau menyembah kepada Allah seolah-olah engkau dapat melihatNya, tetapi jikalau tidak dapat seolah-olah melihatNya, maka sesungguhnya Allah itu dapat melihatmu."
      Ia berkata: "Tuan benar." Katanya lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang hari kiamat."
      Rasulullah s.a.w. menjawab: "Orang yang ditanya yakni beliau s.a.w. sendiri tentulah tidak lebih tahu dari orang yang menanyakannya yakni orang yang datang tiba-tiba tadi."
      Orang itu berkata pula: "Selanjutnya beritahukanlah padaku tentang alamat-alamatnya hari kiamat itu."
      Rasulullah s.a.w. menjawab:"Yaitu apabila seorang hamba sahaya wanita melahirkan tuan puterinya maksudnya hamba sahaya itu dikawin oleh pemiliknya sendiri yang merdeka, lalu melahirkan seorang anak perempuan. Anaknya ini dianggap merdeka juga dan dengan begitu dapat dikatakan hamba sahaya perempuan melahirkan tuan puterinya dan apabila engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang-telanjang, miskin-miskin dan sebagai penggembala kambing sama bermegah-megahan dalam gedung-gedung yang besar karena sudah menjadi kaya-raya dan bahkan menjabat sebagai pembesar-pembesar negara."
      Selanjutnya orang itu berangkat pergi. Saya yakni Umar r.a. berdiam diri beberapa saat lamanya, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Umar, adakah engkau mengetahui siapakah orang yang bertanya tadi?" Saya menjawab: "Allah dan RasulNyalah yang lebih mengetahuinya." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya orang tadi adalah malaikat Jibril, ia datang untuk memberikan pelajaran tentang agama kepadamu semua." (Riwayat Muslim)
      Makna Talidulamatu rabbatahaa, yakni tuan puterinya. Adapun pengertiannya ialah oleh sebab banyaknya hamba sahaya perempuan sehingga budak-budak tersebut melahirkan puteri untuk tuan yang memilikinya. Puteri tuannya itu sama kedudukannya dengan tuannya sendiri. Tetapi ada sebagian ulama yang mengatakan tidak sedemikian itu maksudnya. Al-'Aalah, ialah golongan orang-orang fakir. Adapun kata Maliyyan artinya waktu yang lama, yaitu sampai tiga hari tiga malam lamanya.
      Sebabnya Sayidina Umar terheran-heran karena orang yang bertanya itu semestinya belum mengerti apa yang ditanyakan, tetapi anehnya setelah diberi jawaban, tiba-tiba penanya itu berkata: "Tuan benar," dan kata-kata sedemikian ini tentulah menunjukkan bahwa penanya itu telah mengerti. Barulah keheranan Sayidina Umar itu lenyap setelah diberitahu bahwa yang bertanya tadi sebenarnya adalah Jibril a.s. yang kedatangannya memang sengaja hendak mengajarkan soal-soal keagamaan kepada para sahabat Rasulullah s.a.w.
     Dalam Hadis di atas, ada beberapa hal yang penting kita ketahui, yaitu:
(a) Mendirikan shalat artinya tidak semata-mata menjalankan shalat saja, tetapi harus dipenuhi pula syarat-syarat serta rukun-rukunnya dan ditepatkan selalu menurut waktuwaktunya.
(b) Percaya kepada Allah yakni meyakinkan bahwa Allah itu ada (jadi jangan beranggapan bahwa Allah itu tidak ada seperti faham komunis), dan lagi Allah itu bersifat dengan semua sifat kemuliaan, keagungan dan kesempurnaan serta terjauh dari semua sifat kekurangan, kehinaan dan kerendahan.
(c) Malak ialah makhluk Allah yang dibuat dari pada nur (cahaya) dan tidak berjejal-jejal seperti cahaya lampu yang memenuhi rumah. Dengan cahaya seribu lampu, belum juga sesak rumah itu. Dengan ini teranglah apa yang dimaksud dalam sebuah Hadis:
"Bahwasanya Allah itu mempunyai malaikat, ada yang memenuhi sepertiga alam, ada yang memenuhi dua pertiga alam dan ada yang memenuhi alam seluruhnya."
Adapun arti iman kepada malaikat ialah harus percaya bahwa mereka itu benar-benar ada dan bahwa mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Malak itu sebenarnya kata mufrad dan jamaknya berbunyi malaikat.
(d) Percaya kepada kitab-kitab Allah ialah meyakinkan betul-betul bahwa kitab-kitab suci itu adalah firman Allah yang sebenar-benarnya yang diturunkan pada Rasul-rasulNya dengan jalan wahyu dan meyakinkan pula bahwa isi yang terkandung di dalamnya ttu semua benar.
(e) Percaya kepada para Rasul artinya beri'tikad seteguh-teguhnya bahwa apa yang mereka bawa itu memang sebenarnya dari Allah Ta'ala.
(f) Hari Akhir ialah hari Kiamat. Iman dengan hari kiamat artinya mempercayai betul-betul akan terjadinya hari penghabisan itu dan apa saja yang terjadi sesudahnya, misalnya Masyar (akan dikumpulkannya semua makhluk di padang mahsyar), Hisab (semua amal akan diperhitungkan), Mizan (amal-amal akan ditimbang dalam neraca), menyeberangi jembatan yang disebut Shirath dan kemudian ada yang masuk Jannah (syurga), ada pula yang terus terjun ke (neraka) dan lain-lain hal lagi.
(g) Qadar ialah ketentuan dari Allah sebelum Allah membuat semua makhluk ini, yang baik maupun yang jahat. Jadi segala macam adalah dengan kehendak Allah yang telah dipastikan sejak zaman azali dulu yaitu zaman sebelum Allah membuat apa-apa. Tetapi kita jangan lupa berikhtiar, karena kita telah diberi akal oleh Allah untuk mengusahakan bagaimana jalannya agar kita tetap bernasib baik dan terjauh dari nasib buruk. Kita tetap harus berdaya upaya selama hayat dikandung badan.
(h) Dengan cara ibadat sebagaimana yang terkandung dalam arti kata Ihsan ini, maka tentu akan khusyuklah kita sewaktu menyembah Allah itu. Kalau dapat seolah-olah tahu pada Allah, ini namanya Mukasyafah (terbuka dari semua tabir yang menutup) dan kalau mengangan-angankan bahwa Allah tetap melihat kita, ini namanya Muraqabah (mengintaiintainya Allah pada kita).
(i) Tanda-tanda yang dimaksud ini ialah tanda-tanda kecil sebab datangnya hari kiamat itu ada tanda-tandanya yang kecil dan ada tanda-tandanya yang besar. Tanda-tanda kecil artinya datangnya itu masih agak jauh, tetapi bila tanda-tanda besar telah nampak, maka itulah yang menunjukkan bahwa hari kiamat telah sangat dekat sekali saat terjadinya.
(j) Hamba sahaya perempuan melahirkan tuannya artinya, banyak sahaya perempuan itu yang dikawin oleh raja-raja atau pejabat-pejabat tinggi lalu melahirkan anak-anak perempuan sehingga anak-anaknya itu pun akan berkedudukan sebagaimana ayahnya.
(k) Orang yang tak beralas kaki, telanjang, miskin serta penggembala kambing sama bermegah-megah dalam gedung-gedung besar, maksudnya ialah bahwa yang asalnya hanya penggembala yang miskin hingga seolah-olah tak pernah beralas kaki dan pakaiannya hampir-hampir tidak ada (boleh dikata telanjang) tiba-tiba menjadi pembesar-pembesar negeri dan mendiami gedung-gedung besar lagi indah dan sama berkuasa serta kaya raya.
Dengan demikian, keadaan negeri lalu rusak binasa sebab sesuatu perkara semacam pemerintahan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, sebagaimana dalam sebuah Hadis diterangkan:
"Apabila sesuatu perkara itu diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kerusakannya."
      Dengan ini tahulah kita bahwa Islam itu mengandung tiga unsur yang utama yakni: A. 5 Arkanul Islam, B. 6 Arkanul lman dan C. 2 Arkanul Ihsan.
      Kedua: Dari Abu Dzar, yaitu Jundub bin Junadah dan Abu Abdur Rahman yaitu Mu'az bin Jabal radhiallahu 'anhuma dari Rasulullah s.a.w. sabdanya:
      "Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan ikutilah perbuatan jelek itu dengan perbuatan baik, maka kebaikan itu dapat menghapuskan kejelekan tadi dan pergaulilah para manusia dengan budi pekerti yang bagus." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
      Keterangan:
      Hadis ini mengandung tiga macam unsur, yakni bertaqwa kepada Allah, kebaikan diikutkan sesudah mengerjakan kejelekan dan perintah bergaul dengan baik antara seluruh ummat manusia. Mengenai yang ketiga tidak kami jelaskan lebih panjang, sebab masing-masing bangsa tentu memiliki cara-cara atau adat-istiadat sendiri. Namun demikian juga mesti dilaksanakan dengan mengikuti ajaran-ajaran yang ditetapkan oleh agama Islam, sehingga tidak melampaui batas, akhirnya terperosok dalam hal-hal yang diharamkan oleh Allah Ta'ala.
      Jadi di bawah ini akan diuraikan perihal yang dua buah unsur saja, yaitu:
{a) Takut pada Allah atau Taqwalah adalah satu kata yang menghimpun arti yang sangat dalam sekali, pokoknya ialah mengikuti dan mengamalkan semua perintah Allah dan menjauhi serta menahan diri dari melakukan larangan-laranganNya. Dengan demikian terjagalah jiwa dan terpeliharalah hati manusia dari kemungkaran, kemaksiatan, kemusyrikan yang terang (jali) atau yang tidak terang (khafi), juga terhindar dari kekufuran dan kemurtadan. Tuhan tentu akan melindungi orang yang taqwa itu dari semuanya tadi.
Tentang ini Allah telah berfirman:
      "Sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang yang taqwa dan orang-orang yang sama berlaku baik."
(b) Mengikutkan kebaikan sesudah melakukan kejahatan itu misalnya ialah bertaubat, karena dengan demikian lenyaplah segenap kesalahan yang kita lakukan, asalkan kita bertaubat itu dengan sebenar-benarnya, sebagaimana firman Allah:
      "Melainkan orang yang bertaubat dan beriman dan beramal shalih, maka mereka itu kejelekan-kejelekannya akan diganti oleh Allah dengan kebaikan-kebaikan."
      Ketiga: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya berada di belakang Nabi s.a.w. dalam kendaraan atau membonceng pada suatu hari, lalu beliau bersabda: "Hai anak, sesungguhnya saya hendak mengajarkan kepadamu beberapa kalimat yaitu: Peliharalah Allah dengan mematuhi perintah-perintahNya serta menjauhi larangan-laranganNya, pasti Allah akan memeliharamu, peliharalah Allah, pasti engkau akan dapati Dia di hadapanmu. Jikalau engkau meminta, maka mohonlah kepada Allah dan jikalau engkau meminta pertolongan, maka mohonkanlah pertolongan itu kepada Allah pula. Ketahuilah bahwasanya sesuatu ummat yakni makhluk seluruhnya ini, apabila berkumpul bersepakat hendak memberikan kemanfaatan padamu dengan sesuatu yang dianggapnya bermanfaat untukmu, maka mereka itu tidak akan dapat memberikan kemanfaatan itu, melainkan dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah untukmu. Juga jikalau ummat seluruh makhluk itu berkumpul bersepakat hendak memberikan bahaya padamu dengan sesuatu yang dianggap berbahaya untukmu, maka mereka itu tidak akan dapat memberikan bahaya itu, melainkan dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah untukmu. Pena telah diangkat maksudnya ketentuan ketentuan telah ditetapkan dan lembaran-lembaran kertas telah kering maksudnya catatan-catatan di Lauh Mahfuzh sudah tidak dapat diubah lagi."
      Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
      Dalam riwayat selain Tirmidzi disebutkan: "Peliharalah Allah, maka engkau akan mendapatkanNya di hadapanmu. Berkenalanlah kepada Allah yakni tahulah kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan untuk Allah di waktu engkau dalam keadaan lapang sehat, kaya dan lain-lain, maka Allah akan mengetahuimu memperhatikan nasibmu di waktu engkau dalam keadaan kesukaran, sakit, miskin dan lain-lain. Ketahuilah bahwa apa-apa yang terlepas daripadamu itu keuntungan atau bahaya, tentu tidak akan mengenaimu dan apa-apa yang mengenaimu itu pasti tidak akan dapat terlepas daripadamu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu beserta kesabaran dan bahwasanya kelapangan itu beserta kesukaran dan bahwasanya beserta kesukaran itu pasti ada kelonggaran."
      Keterangan:
      Hal-hal yang perlu dimaklumi dalam Hadis ini ialah:
(a) Ada di belakang Nabi s.a.w. maksudnya ialah membonceng waktu naik bighal (semacam kuda) dengan duduk di belakang beliau.
(b) Peliharalah Allah, yakni peliharalah perintah-perintah dan larangan-larangan Allah serta berhati-hatilah pada kedua macam hal itu, pasti engkau dijaga olehNya dalam duniamu, agamamu, dirimu dan keluargamu.
(c) Ummat ialah semua makhluk yang dimaksudkan.
{d) Pena-pena telah diangkat, artinya ketentuan-ketentuan telah tetap.
(e) Kertas-kertas telah kering maksudnya catatan-catatan semua yang ada di dalam dunia semesta ini (sebagaimana yang tertera di Lauh Mahfuzh) tentu saja tak ada yang dapat mengubah takdir-takdir dari Allah itu kecuali yang dikehendaki olehNya sendiri sebagaimana firmanNya:
      "Allah menghapus serta menetapkan apa saja yang dikehendaki olehNya dan di sisi Allahlah ummut kitab atau pokok Catatan. Ummul kitab ini adalah ilmu Allah yang qadim (dahulu) sejak zaman azali (sebelum ada apa-apa kecuali Allah)."
(f) Selain Tirmidzi yakni 'Abd bin Humaid dan juga Imam Ahmad.
(g) Suka mengenai pada Allah artinya senantiasa mendekat dan taat padaNya. Kalau kita suka demikian ketika kita dalam keadaan lapang (banyak rezeki dan badan sihat), maka Allah pasti suka melihat kita yakni mau memberi pertolongan pada kita apabila kita dalam keadaan sukar pada suatu waktu.
(h) Suatu yang telah ditentukan oleh Allah (sejak zaman azali) akan lepas dari kita, (tidak dapat kita capai), sudah tentu selamanya barang itu tetap lepas dari kita yakni tidak dapat mengenai kita (kita peroleh). Demikian pula sebaliknya, yaitu bahwa sesuatu yang telah ditentukan akan kita dapatkan, maka bagaimanapun juga tidak akan lepas dari kita.
(i) Pertolongan Allah beserta kesabaran yakni bila kita ingin pertolongan dari Allah, haruslah kita sabar.
(j) Kelapangan beserta kesusahan dan nanti pasti ada kelonggaran yakni manusia itu tidak mungkin akan terus menerus susah dan sukar, insya Allah pada suatu ketika ia akan menemui kelapangan dan kelonggaran juga.
      Keempat: Dari Anas r.a., katanya: "Sesungguhnya engkau semua pasti melakukan berbagai amalan yang diremehkannya sebab dianggap dosa kecil-kecil saja, yang amalan-amalan itu adalah lebih halus lebih kecil menurut pandangan matamu daripada sehelai rambut. Tetapi kita semua di zaman Rasulullah s.a.w. menganggapnya termasuk golongan dosa-dosa yang merusakkan menyebabkan kecelakaan dan kesengsaraan."
      Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan ia mengatakan bahwa arti Almubiqat ialah apa-apa yang merusakkan.
      Kelima: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu cemburu dan kecemburuan Allah Ta'ala itu ialah apabila seseorang manusia mendatangi mengerjakan apa-apa yang diharamkan oleh Allah atasnya." (Muttafaq 'alaih)
      Keenam: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya ada tiga orang dari kaum Bani Israil, yaitu orang supak yakni belang-belang kulitnya, orang botak dan orang buta. Allah hendak menguji mereka itu, kemudian mengutus seorang malaikat kepada mereka.
      Ia mendatangi orang supak lalu berkata: "Keadaan yang bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?"
      Orang supak berkata: "Warna yang baik dan kulit yang bagus, juga lenyaplah kiranya penyakit yang menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku ini." Malaikat itu lalu mengusapnya dan lenyaplah kotoran-kotoran itu dari tubuhnya dan dikaruniai oleh Allah Ta'ala warna yang baik dan kulit yang bagus.
      Malaikat itu berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?"
      Orang itu menjawab: "Unta." Atau katanya: "Lembu," yang merawikan Hadis ini sangsi apakah unta ataukah lembu. Ia lalu dikaruniai unta yang bunting, kemudian malaikat berkata: "Semoga Allah memberi keberkahan untukmu dalam unta ini."
      Malaikat itu seterusnya mendatangi orang botak, kemudian berkata: "Keadaan yang bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?"
      Orang botak berkata: "Rambut yang bagus dan lenyaplah kiranya apa-apa yang menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku ini." Malaikat itu lalu mengusapnya dan lenyaplah botak itu dari kepalanya dan ia dikarunia rambut yang bagus.
      Malaikat berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?"
      Ia berkata: "Lembu." Ia pun lalu dikarunia lembu yang bunting dan malaikat itu berkata: "Semoga Allah memberikan keberkahan untukmu dalam lembu ini."
      Akhirnya malaikat itu mendatangi orang buta lalu berkata: "Keadaan bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang buta menjawab: "Yaitu hendaknya Allah mengembalikan penglihatanku padaku sehingga aku dapat melihat semua orang." Malaikat lalu mengusapnya dan Allah mengembalikan lagi penglihatan padanya.
      Malaikat berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?"
      Ia menjawab: "Kambing." Ia pun dikarunia kambing yang bunting hampir beranak.
      Yang dua ini unta dan lembu melahirkan anak-anaknya dan yang ini kambing juga melahirkan anaknya. Kemudian yang seorang yang supak mempunyai selembah penuh unta dan yang satunya lagi yang botak mempunyai selembah lembu dan yang lainnya lagi yang buta mempunyai selembah kambing.
      Malaikat itu lalu mendatangi lagi orang yang asalnya supak dalam rupa seperti orang supak itu dahulu keadannya yakni berpakaian serba buruk dan berkata: "Saya adalah orang miskin, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku dalam bepergianku ini. Maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini kecuali Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan atas nama Allah yang telah mengaruniakan padamu warna yang baik dan kulit yang bagus dan pula harta yang banyak, sudi kiranya engkau menyampaikan maksudku dalam bepergianku ini untuk sekedar bekal perjalanannya."
      Orang supak itu menjawab: "Keperluan-keperluanku masih banyak sekali." Jadi enggan memberikan sedekah padanya.
      Malaikat itu berkata lagi: "Seolah-olah saya pernah mengenalmu. Bukankah engkau dahulu seorang yang berpenyakit supak yang dijijiki oleh seluruh manusia, bukankah engkau dulu seorang fakir, kemudian Allah mengaruniakan harta padamu?"
      Orang supak dahulu itu menjawab: "Semua harta ini saya mewarisi dari nenek-moyangku dulu dan merekapun dari nenek-moyangnya pula."
      Malaikat berkata pula: "Jikalau engkau berdusta dalam pendakwaanmu uraianmu yang menyebutkan bahwa harta itu adalah berasal dari warisan, maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali seperti keadaanmu semula."
      Malaikat itu selanjutnya mendatangi orang yang asalnya botak, dalam rupa seperti orang botak dulu dan keadaannya yang hina dina, kemudian berkata kepadanya sebagaimana yang dikatakan kepada orang supak dan orang botak itu menolak permintaannya seperti halnya orang supak itu pula.
      Akhirnya malaikat itu berkata: "Jikalau engkau berdusta, maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali sebagaimana keadaanmu semula."
Seterusnya malaikat itu mendatangi orang yang asalnya buta dalam rupanya seperti orang buta itu dahulu serta keadaannya yang menyedihkan, kemudian ia berkata: "Saya adalah orang miskin dan anak jalan maksudnya sedang bepergian dan kehabisan bekal, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku dalam bepergianku ini, maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini, kecuali Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan atas nama Allah yang mengembalikan penglihatan untukmu yaitu seekor kambing yang dapat saya gunakan untuk menyampaikan tujuanku dalam bepergian ini."
       Orang buta dahulu itu berkata: "Saya dahulu pernah menjadi orang buta, kemudian Allah mengembalikan penglihatan padaku. Maka oleh sebab itu ambillah mana saja yang engkau inginkan dan tinggalkanlah mana saja yang engkau inginkan. Demi Allah saya tidak akan membuat kesukaran padamu karena tidak meluluskan permintaanmu pada hari ini dengan sesuatu yang engkau ambil karena mengharapkan keridhaan Allah 'Azzawajalla."
      Malaikat itu lalu berkata: "Tahanlah hartamu artinya tidak diambil sedikitpun, sebab sebenarnya engkau semua ini telah diuji, kemudian Allah telah meridhai dirimu dan memurkai pada dua orang sahabatmu yakni si supak dan si botak." (Muttafaq alaih)
      Dalam riwayat Imam Bukhari kata-kata: La ajhaduka, yang artinya: "Aku tidak akan membuat kesukaran padamu", itu diganti: La ahmaduka, artinya: "Aku tidak memujimu menyesali diriku sekiranya hartaku tidak ada yang engkau tinggalkan karena engkau membutuhkannya."
      Ketujuh: Dari Abu Ya'la yaitu Syaddad bin Aus r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Orang yang cerdik berakal ialah orang yang memperhitungkan keadaan dirinya dan suka beramal untuk mencari bekal sesudah matinya, sedangkan orang yang lemah ialah orang yang dirinya selalu mengikuti hawanafsunya dan mengharap-harapkan kemurahan atas Allah yakni mengharap-harapkan kebahagiaan dan pengampunan di akhirat, tanpa beramal shalih."
      Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan. Imam Termidzi dan lain-lain ulama mengatakan bahwa makna Daana nafsahu artinya membuat perhitungan pada diri sendiri.
      Kedelapan: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Setengah daripada kebaikan keislaman seseorang ialah apabila ia suka meninggalkan apa-apa yang tidak memberikan kemanfaatan padanya yakni ia tidak memerlukan untuk mencampuri urusan itu."
      Ini adalah Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan lain-lain.
      Keterangan:
      Meninggalkan sesuatu yang tidak berfaedah misalnya sesuatu yang memang bukan urusan kita atau sesuatu yang terang salah dan batil, maka tidak berguna kita membela atau menolongnya. Demikian pula sesuatu yang bila kita campuri, maka bukan makin baik dan mungkin mencelakakan diri kita sendiri. Semua itu baiklah kita tinggalkan, kalau kita ingin jadi orang Islam yang baik.
      Sabdanya Nabi s.a.w. An-naaqatut 'usyara, dengan dhammahnya 'ain dan fathahnya syin serta dengan mad (yakni dibaca panjang dengan diberi hamzah di belakang alif), artinya: bunting.
      Sabdanya Antaja dalam riwayat lain berbunyi Fanataja, artinya: Menguasai di waktu keluarnya anak unta. Natij bagi unta adalah sama halnya dengan Qabilah bagi wanita. Jadi natij, artinya penolong unta betina waktu beranak, sedang qabilah, artinya penolong wanita waktu melahirkan atau biasa dinamakan bidan.
      Sabda Wallada haadzaa dengan disyaddahkan lamnya, artinya: Menguasai waktu melahirkannya ini, Jadi sama halnya dengan Antaja untuk unta. Oleh sebab itu kata-kata Muwallid, Natij dan Qabilah adalah sama maknanya, tetapi muwallid dan natij adalah untuk binatang, sedang qabilah adalah untuk selain binatang.
      Adapun sabda beliau s.a.w.: Inqatha-'at biyal hibaalu, yaitu dengan ha' muhmalah (tanpa bertitik) dan ba' muwahhadah (bertitik sebuah), artinya: beberapa sebab. Jadi jelasnya: Sudan terputus semua sebab (untuk dapat memperoleh bekal guna melanjutkan perjalananku). Sama halnya dengan yang biasa diucapkan oleh orang banyak: "Laisa 'alaatbuulil hayaati nadamun," artinya: Tidaklah selain timbul penyesalan dalam sepanjang kehidupan ini, maksudnya ialah oleh sebab sangat panjangnya masa hidupnya itu.
      Kesembilan: Dari Umar r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Janganlah seseorang lelaki itu ditanya apa sebabnya ia memukul isterinya sebab mungkin ia akan malu jikalau sebab pemukulannya diketahui oleh orang lain." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan lain-lainnya.
Baca Selengkapnya...

Rabu, 04 April 2012

COPAS? boleh juga

      Ketika seorang pemula menyalakan komputer kemudian membuka browser dan akan membuat web dengan maksud sebagai sarana menyalurkan bakat penulis, mencoba bisnis online, sebagai teman curhat kekesalan, kesedihan, kemarahan, kegembiraan atau apapun rasa hati yang bisa di keluarkan dalam bentuk tulisan, ataupun sekedar menghilangkan rasa penasaran saja. Sementara pengetahuan tutorial pembuatan web yang ia miliki serba pas-pasan. Maka ia akan mencari tahu dan mempelajari tata cara pembuatan web tersebut. Belajar dari buku kebanyakan teori dan belum tentu cocok dengan situs penyedia web gratisan. Yah.. satu-satunya cara yang cepat, praktis, dan langsung pada pokok permasahalannya sehingga mudah untuk dimengerti adalah melakukan copy paste atau copas.
      Jelekkah perbuatan Copas? tidak selamanya jelek?! Buat aku yang masih seorang pemula, copas adalah cara belajar yang efektif untuk menghindari mengantuk dan tidak memakan biaya yang banyak.
      Seorang Master SEO yang bijak ia pasti akan berbagi ilmu dan menyebarkannya. Apalagi kalau sang masternya tahu tentang agama, adalah wajib hukumnya untuk mengajarkan ilmu tersebut. Rosulullah saw bersabda:
      "Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka." (HR. Abu Dawud)
      "Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat." (HR. Al-Baihaqi)
      Ketakutan seorang master karena khawatir tulisannya dibajak karena tangan usil copas sangat dimaklumi dan wajar. Dan sudah pasti tergantung niat pribadi si copasnya saja apakah untuk tujuan mempelajari, ataukah menjiplak dengan mengaku-ngaku artikelnya ini yang patut dihindari.
     
Setiap langkah kearah manapun gerak hidup setiap yang bernyawa pasti dihadapkan pada dua pilihan. lurus atau belok, barat atau timur, jahat atau baik, jujur atau bohong, seluruhnya kita yang menentukan pilihan. satu kenyataan yang tidak bisa dihindari bahwa kedua pilihan tersebut memiliki resiko yang sama, baik besar ataupun kecil.
      Jadi, jika seorang penulis ketika tulisannya dijiplak seseorang adalah resiko yang suka atau tidak suka pasti ada. Akan lebih baik merasakan dijiplak, orang karena menulis dengan maksud ikhlas berbagi ilmu. Dari pada tidak pernah dijiplak karena tidak pernah menulis karena pelit. Oke..
      Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:

"Mencaci-maki orang Islam adalah kefasikan dan memeranginya adalah kekafiran." (Shahih Muslim No.97)
nbsp;     Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kamu sekalian saling memata-matai yang lain, janganlah saling mencari-cari aib yang lain, janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu saling mendengki dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara." (Shahih Muslim No.4646)
So.. kedepankan berbaik sangka karena itu mampu menciptakan rasa puas terhadap apa yang telah kita kerjakan. Sekian dulu..
Baca Selengkapnya...

Coretan Tamu

CORETAN TAMU