Selasa, 27 Maret 2012

Menghadirkan Hati Dalam Shalat-Ibnul Qayyim

Menghadirkan Hati Dalam Shalat-Ibnul Qayyim




Ibnul Qayyim menguraikan wasiat Nabi Yahya bin Zakariya as:

     “Dan aku memerintahkan kamu untuk shalat, jika kamu shalat maka janganlah kamu berpaling (menoleh) karena sesungguhnya Allah menghadapkan wajah-Nya kewajah hamba tersebut dalam shalat selama dia tidak berpaling”. HR. Bukhari.

Beliau (Ibnul Qayyim) berkata : Berpaling ( iltifat ) yang dilarang dalam shalat ada dua macam :
Pertama : Berpalingnya hati dari Allah azza wa jalla kepada selain-Nya.
Kedua : Berpalingnya pandangan mata.
Kedua-duanya dilarang dalam shalat. Allah senantiasa menghadap ke hamba-Nya selama hamba tersebut menghadap kepada-Nya, maka tatkala dia berpaling dengan hati ataupun pandangannya, maka Allah pun akan berpaling darinya. Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang iltifat (berpaling)nya seorang laki-laki dalam shalat, maka beliau bersabda :

     “( iltifat ) merupakan pencurian yang dilakukan oleh syetan dalam shalat seseorang. ( HR. Bukhari ).

     Dalam sebuah atsar disebutkan, Allah swt berfirman (dalam hadits qudsi) : (apakah kamu berpaling) kepada yang lebih baik dari-Ku... ? kepada yang lebih baik dari-Ku?.

     Perumpamaan orang yang berpaling (iltifat) dalam shalatnya dengan pandangan ataupun hati sama seperti orang yang dipanggil oleh penguasa, kemudian dia berdiri di hadapan penguasa tersebut dan berbicara dengannya, ketika sedang berbicara orang tersebut menoleh (berpaling) ke kiri dan ke kanan, hatinya tidak sedang bersama penguasa tersebut sehingga dia tidak paham apa yang dibicarakan. Kira-kira tindakan apa yang akan dilakukan oleh penguasa tersebut menghadapi laki-laki ini?. Paling tidak penguasa tadi akan pergi meniggalkannya dalam keadaan marah, dan harga diri laki-laki tadi menjadi hilang di hadapan penguasa tersebut.

     Tidaklah sama nilainya orang yang shalat seperti itu dengan orang yang shalat dengan hati yang hadir (khusu’) menghadap Allah Subhanahu wata’ala, hatinya diselimuti dengan pengagungan kepada Allah ketika dia berdiri di hadapan-Nya, hatinya dipenuhi dengan rasa sungkan dan tunduk kepada Allah, dia malu kepada Allah ketika berpaling kepada selain-Nya. Sungguh sangat jauh perbedaan diantara shalat kedua orang tersebut sebagaimana dikatakan oleh Hassan bin ‘Athiyah. )

     Beliau ( Hassan bin ‘Athiyah ) mengatakan : Dua orang laki-laki bisa saja sama-sama melakukan shalat, tetapi nilai keduanya sangat jauh berbeda sebagaimana perbedaan antara langit dan bumi, ini disebabkan karena salah seorang diantara mereka shalat dengan hati yang khusu’ menghadap Allah ‘Azza wa Jalla, sementara hati yang satunya lagi lupa dan lalai. Seseorang apabila menghadap makhluk lain dan diantara mereka ada hijab ( penghalang ) maka itu tidaklah dinamakan menghadapnya, dan juga tidak dikatakan mendekatinya, apalagi kalau itu dilakukan pada Pencipta ( Allah ) ‘Azza wa Jalla. Apabila seseorang menghadap kepada Allah ‘Azza wa Jalla sementara antara dia dan Allah terdapat penghalang berupa hawa nafsu dan was-was (godaan), jiwanya sibuk dan penuh dengan hawa nafsu dan was-was tersebut, bagaimana mungkin itu dikatakan menghadap ( Allah ) padahal dia dipermainkan oleh godaan dan bermacam fikiran yang membawanya kesana kemari.

     Seorang hamba apabila sudah berdiri untuk shalat, maka syetan akan gelisah karena dia berdiri di tempat yang paling mulia dan paling dekat ( kepada Allah ) yang sangat tidak disukai syetan. Makanya syetan berusaha semaksimal mungkin untuk menghalanginya, dia senantiasa menggoda hamba tersebut, membuatnya berangan-angan, dan lupa. Syetan akan berusaha mengerahkan semua kemampuan yang dimilikinya untuk menjadikan hamba tadi menganggap enteng shalat tersebut, sehingga akhirnya dia meninggalkannya.

     Kalau dia ( syetan tersebut ) gagal dalam usahanya, maka dia akan berusaha menjadi penghalang bagi hamba tersebut dalam shalat, menjadi penghalang dalam hatinya, dia mengingatkan hamba tersebut dalam shalat dengan berbagai macam persoalan yang terlupakan sebelum shalat. Bisa jadi hamba tadi lupa sesuatu hal, atau lupa sesuatu yang sangat penting yang membuat dia telah putus asa, maka syetan datang mengingatkannya ketika dia sedang shalat, sehingga hatinya menjadi sibuk, tidak lagi menghadap Allah, maka diapun ( hamba tadi ) berdiri di hadapan Allah tidak dengan hatinya. Dia tidak akan mendapatkan kemuliaan dan kedekatan dari Allah sebagaimana yang didapatkan oleh orang yang melakukan shalat dengan sepenuh hati. Shalat bisa menghapuskan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan kalau dikerjakan dengan sempurna, khusu’ dan berdiri di hadapan Allah dengan sepenuh hati.

     Ketika seseorang sudah bisa menghindari godaan syetan tadi, maka dia akan merasakan keringanan dalam dirinya, seolah-oleh dia telah meletakkan beban berat yang dipikulnya, dia akan merasakan semangat dan ketenangan sehingga dia berharap untuk tidak selesai dari shalat tersebut, karena shalat itu sudah menjadi harapannya, kenikmatan jiwanya, sorga hatinya dan tempat peristirahatannya dari kesibukan dunia. Dia akan merasakan dirinya dalam penjara dan kesempitan sehingga dia melaksanakan shalat, dia menjadi tentram dengan shalat tersebut. Orang-orang yang cinta dengan shalat akan mengatakan : mari kita shalat sehingga kita bisa merasakan ketentraman dengan shalat tersebut, sebagaimana dikatakan oleh panutan dan Nabi mereka :

     “wahai Bilal, tentramkanlah kami dengan Shalat ”. (HR. Imam Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Bani ).

Dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam tidak mengatakan : Tentramkan kami dengan menjauhkan shalat tersebut dari kami.
Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

     “Ketentramanku diciptakan dalam shalat”.(HR. Ahmad dan disahihkan oleh al-Bani)

     Kalau ketentraman itu diciptakan di dalam shalat, bagaimana mungkin dia bisa tentram tanpa shalat tersebut ? Bagaimana mungkin dia sanggup meninggalkannya?. Shalat orang yang menghadirkan hatinya inilah yang akan naik ( menuju Allah ), shalat itulah yang punya cahaya dan bukti, sehingga diterima oleh Allah ‘azza wa jalla. Shalat itu akan bicara : Allah akan menjagamu sebagaimana kamu menjagaku.

     Adapun shalat orang yang lalai, tidak melaksanakannya sebagaimana mestinya dan tidak khusu’ di dalamnya, maka shalat itu akan dilipat sebagaimana dilipatnya kain yang sudah lusuh dan dipukulkan kepada orang tersebut, kemudian dia berkata : Allah akan menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu menyia-nyiakanku.

      Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra berkata:

Tidaklah seorang mukmin menyempurnakan wudhu’nya kemudian dia melaksanakan shalat pada waktunya, dia laksanakan dengan ikhlas kepada Allah, tanpa ada kekurangan pada waktunya, rukuknya, sujudnya dan sunnah-sunnahnya melainkan dia akan mendapatkan cahanya antara barat dan timur sampai akhirnya berakhir di sisi Allah ‘azza wajalla. Dan siapa saja yang melaksanakan shalat, dia tidak menyempurnakan wudhu’nya, mengakhirkan waktunya, tidak menyempurnakan rukuk, sujud dan sunnah-sunnahnya maka diangkatkan darinya benda hitam gelap dan langsung mengatakan kepadanya : Allah akan menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu menyia-nyiakanku... Allah akan menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu menyia-nyiakanku... (Haditsnya Lemah/Dha’if ).

     Shalat dan amalan yang maqbul (yang akan diterima Allah) adalah apabila dilakukan dengan cara yang sesuai dengan kebesaran Allah ‘Azza wajalla, kalau shalat tersebut dilakukan dengan benar dan pantas maka pasti akan diterima.

Amalan yang Maqbul (diterima di sisi Allah) ada dua macam :

Pertama : Shalat dan amalan lainnya yang dilakukan seorang hamba dengan sepenuh hati kepada Allah ‘azza wajalla, ia senantiasa ingat (zikir) kepada Allah ‘azza wajalla. Maka amalan ini akan dibawa kehadapan Allah, diletakkan di depan-NYa, kemudian Allah memandang amalan tersebut, kalau Allah melihat amalan tersebut dilakukan dengan ikhlas mengharapkan ridha-Nya, timbul dari hati yang selamat (bersih), ikhlas dan cinta serta bertaqarrub kepada-Nya, maka Allah akan mencintai amalan tersebut, meridhainya dan menerimanya.

Kedua : amalan yang dilakukan karena sekedar kebiasaan dan dilakukan dengan lalai, meskipun niatnya untuk ketaatan dan taqarrub kepada Allah, anggota tubuhnya melakukan gerakan-gerakan ketaatan, tetapi hatinya lalai dari mengingat Allah. Ketika amalan tersebut diangkat menghadap Allah, dia tidak diletakkan di hadapan-Nya, dan Allah tidak memperhatikannya, tapi amalan tersebut langsung di letakkan di tempat catatan amal, sehingga nanti ditampilkan pada hari kiamat. Allah akan memberikan balasan sesuai dengan bagian yang dikerjakan karena mengharapkan ridha-Nya, sementara yang dikerjakan bukan karena mengharapkan ridha-Nya akan ditolak. Itulah bentuk penerimaan-Nya terhadap amalan ini. Balasan yang akan diberikan untuk amalan seperti ini adalah berupa ciptaan-Nya seperti istana (di sorga), makanan, minuman dan bidadari.

Adapun balasan untuk yang pertama tadi maka Allah ridha dengan amalan tersebut, ridha dengan cara hamba tersebut melakukannya, ridha dengan taqarrub yang dilakukannya, Allah akan meninggikan derajat dan tempatnya, yang diberikan tanpa dihitung lagi. Jadi ada perbedaan antara amalan pertama dan kedua.

Manusia dalam melaksanakan shalat dikelompokkan menjadi lima tingkatan:

Pertama : tingkatan orang-orang yang zhalim terhadap dirinya, yaitu orang-orang yang tidak menyempurnakan wudhu’nya, waktunya, batasan-batasannya dan rukun-rukunnya.

Kedua : orang yang menjaga waktu shalatnya, batasan-batasannya, rukun-rukunnya dan wudhu’nya, tetapi dia tidak berusaha melepaskan dirinya dari godaan, sehingga dia hanyut dalam godaan dan berbagai macam fikiran yang timbul.

Ketiga : orang yang menjaga batasan-batasan shalat, rukun-rukunnya dan berusaha untuk melawan godaan dan pemikiran yang muncul, akhirnya dia larut dalam usaha melawan syetan supaya tidak mencuri shalatnya, maka berarti dia berada dalam shalat dan jihad.

Keempat : orang yang melaksanakan shalat dengan menyempurnakan hak-haknya, rukun dan batasan-batasannya, hatinya larut menjaga batasan-batasan dan hak-hak shalat tersebut sehingga tidak ada yang luput, semua perhatiannya tercurah untuk mendirikan dan menyempurnakan shalat sebagaimana mestinya , berarti hatinya larut dalam shalat dan beribadah kepada Allah tabaaraka wata’ala.

Kelima : orang yang melaksanakan shalat seperti tingkatan ke empat tadi, ditambah lagi dia meletakkan hatinya sepenuhnya di hadapan Allah ‘azza wajalla, dia melihat kepada Allah dengan hatinya dan mengawasi-Nya, hatinya dipenuhi dengan rasa cinta dan pengagungan kepada Allah, seolah-olah dia melihat dan menyaksikan-Nya. Godaan-godaan sudah hilang darinya, sudah tidak ada lagi godaan yang jadi penghalang antara dia dengan Tuhannya. Orang yang seperti ini dibanding dengan yang lainnya jelas lebih utama sebagaimana perbedaan antara langit dan bumi, karena dia dalam shalatnya sibuk dengan Tuhannya ‘azza wajalla, dia tentram bersama-Nya.

      Orang-orang di tingkat pertama akan mendapat ‘iqab, yang kedua akan dihisab, yang ketiga (shalatnya) jadi penghapus dosa-dosanya, yang ke empat mendapatkan balasan dan yang kelima menjadi orang yang akan di dekatkan kepada Allah, karena dia menjadikan ketentraman bersama Allah dalam shalatnya. Siapa saja yang tentram hatinya dengan shalat di dunia ini, maka dia akan tentram juga di akhirat karena dekat dengan Allah. Orang yang tentram hatinya bersama Allah di dunia, maka hati-hati yang lainpun akan merasa tentram karenanya, sedangkan orang yang tidak tentram hatinya bersama Allah maka jiwanya akan terpecah belah mengikuti dunia dengan penuh kerugian.

     Diriwayatkan bahwa seorang hamba tatkala berdiri untuk melaksanakan shalat maka Allah ‘azza wajalla berfirman : angkat hijab (pembatas) antara Aku dengan hamba-Ku, namun tatkala ia berpaling maka Allah berfirman: turunkan hijab (kembali). Berpaling (iltifat) di sini ditafsirkan dengan berpalingnya hati orang tersebut dari Allah ‘azza wajalla kepada selain-Nya, maka ketika dia berpaling kepada selain-Nya diturunkanlah hijab antara Dia dan hamba-Nya, ketika itulah syaitan datang dengan urusan dunia, dia memperlihatkan kepada orang tersebut godaan dunia di cermin (sehingga kelihatan nyata). Jadi ketika seorang hamba menghadap Allah dengan hatinya dan dia tidak berpaling, maka syetan tidak sanggup menghalangi antara hati tersebut dan Allah, syetan hanya akan masuk ketika ada hijab. Ketika hamba tersebut kembali kepada Allah dan menghadirkan hatinya maka syetan akan lari, jika dia berpaling lagi (dari Allah) maka syetan akan datang. Demikian seterusnya antara hamba dan syetan selama dalam shalat.

      Manusia hanya akan sanggup untuk menghadirkan hatinya dalam shalat dan menyibukkan hati tersebut dalam shalat bersama dengan Tuhannya ketika dia bisa menguasai syahwat dan hawa nafsunya, kalau tidak maka hatinya akan dikuasai oleh syahwat dan dipenjara oleh nafsu, ketika itulah syetan mendapatkan tempat untuk duduk dengan nyaman di dalamnya sehingga dengan mudah dia menggoda dengan was-was dan berbagai macam fikiran ( dunia ).

Hati manusia ada tiga macam :

Pertama: hati yang kosong dari keimanan dan kebaikan, ini adalah hati yang sudah hitam penuh dengan kegelapan, syetan dengan tenang bisa menggodanya, karena dia telah mendapatkan tempat yang nyaman untuk rumah tempat tinggalnya, sehingga dia bisa berbuat sekehendaknya dengan sangat leluasa.

Kedua: hati yang mendapat cahaya keimanan dan menyalakan lampu didalamnya, tapi masih ada bekas-bekas kegelapan syahwat dan gelombang hawa nafsu di dalamnya, maka di sini syetan mondar-mandir tergantung situasi, di sinilah terjadi perang antara hati dan syetan. Kondisinya berbeda antara seorang hamba dengan yang lainnya tergantung porsi kegelapan tersebut, ada orang yang waktu kemenangannya lebih banyak dibanding kekalahannya, dan sebaliknya ada juga orang yang waktu kekalahannya lebih banyak dibanding waktu kemenangannya, dan ada juga yang seimbang.

Ketiga : hati yang sudah dipenuhi dengan keimanan, diterangi dengan cahayanya, tirai syahwat telah menjauh dari dirinya, kegelapan sudah pergi meninggalkannya, cahaya di dalam hatinya bersinar cemerlang, sehingga ketika ada godaan syahwat yang datang maka dia (godaan tersebut) akan langsung terbakar, dia ibaratkan langit yang dijaga dengan bintang-bintang, ketika ada syetan yang mendekat akan langsung dilemparnya hingga terbakar.

     Semoga Shalawat dan Salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya
Baca Selengkapnya...

Mensikapi Waktu

   Oleh: Aa Gym

   Maha perkasa Allah Azza wa Jalla, Dzat yang memiliki segala keagungan, kemuliaan, keunggulan, dan segala kelebihan lainnya. Dzat yang Maha Sempurna sifat-sifat-Nya, tiada satu kejadianpun yang terbebas dari kekuasaan-nya. Allah, Dzat yang Maha adil meningkatkan derajat siapa saja yang Dia kehendaki dan menghinakan siapa saja yang dikehendaki-Nya. Namun, sesungguhnyalah kemuliaan dan kehinaan yang ada pada diri kita merupakan buah dari segala amal yang telah kita lakukan. Tidak bisa tidak. Karena demi Allah, Allah SWT tidak akan pernah dzhalim terhadap hamba-hamba-Nya.
   Sahabat-sahabat, sungguh betapa banyak orang yang cukup potensial, tetapi tidak bisa menjadi unggul. Salah satu sebabnya adalah karena ketidakmampuannya dalam mengelola waktu. Yakinilah bahwa kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam urusan dunia maupun akhirat adalah sangat bergantung bagaimana kesungguhannya dalam menyikapi waktu. Kita saksikan, betapa banyak orang yang mengeluh karena merasa tak pernah punya waktu, sedangkan beberapa orang yang lain selalu mencari jalan untuk membunuh waktu.
   Padahal, subhanallah, Allah dengan Maha cermat dan Maha adil telah membagikan waktu dengan seadil-adilnya, dengan secermat-cermatnya tanpa akan luput satupun. Setiap orang pastilah akan mendapat jumlah waktu yang sama, yaitu 60 menit setiap jam, dan 24 jam setiap hari di tempat manapun di dunia ini. Di negara maju, negara berkembang, atau negara yang hancur terpuruk sekalipun tetap 24 jam perhari 60 menit per jam.
   Singapura 24 jam per hari, Singaparna 24 jam per hari, Chichago 60 menit per jam, Cikaso 60 menit per jam, semuanya sama. Pengusaha sukses, yang jatuh bangun, atau bahkan yang bangkrut sekalipun tetap 24 jam per hari 60 menit per jam. The Best Executive, karyawan asal-asalan,dan pengangguran kelas berat sekalipun jatah waktunya tetap sama 24 jam per hari. Seorang bintang kelas; yang biasa saja, atau yang tidak naik kelas sekalipun tetap 24 jam per hari 60 menit per jam. Maka, nyatalah bahwa yang menjadi masalah bukan jumlah waktunya, tapi isi waktunya.
   Sebab, ada yang dalam waktu 24 jam itu mampu mengurus negara, jutaan orang, atau aneka perusahaan raksasa dengan beratus ribu orang, tapi ada yang dalam 24 jam mengurus diri saja tidak mampu! Naudzhubillah, Karakteristik waktu memang sebuah keunikan, bahkan ia suatu misteri kehidupan ini, yang terekam dalam tik-tok jam, tercatat dalam buku harian, terhitung dalam kalender tahunan, terukir dalam prasasti-prasasti kehidupan. Walau, sebenarnya ukuran-ukuran itu akan kurang berarti, sebab ukuran waktu yang nyata adalah kehidupan kita sendiri. Ya, hidup kita adalah waktu itu sendiri, yang menggelinding tiada henti.
   Sebagai makhluk ciptaan-Nya waktu ternyata memiliki tabiat tersendiri, waktu adalah terpendek karena tak pernah cukup menyelesaikan tugas hidup. Waktu adalah terpanjang karena ia adalah ukuran keabadian. Waktu akan berlalu cepat bagi mereka yang bersuka cita. Waktu berjalan sangat lambat bagi yang dirundung derita. Waktu adalah saksi sejarah yang akan membeberkan segala kehinaan dan kenistaan yang kita lakukan.
   Waktu adalah perekam abadi yang akan mengekalkan segala keagungan dan kemuliaan seseorang. Dan yang utama waktu modal kita, kehidupan kita. Tiada yang dapat terjadi tanpa dia. Maka, sungguh suatu kerugian yang sangat besar bila seorang hamba tidak dapat memanfaatkan waktunya dengan sangat baik dan optimal.
Allah berfirman,

   "Demi waktu, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat-menasehati dalam menatapi kebenaran dan nasehat-menasehati dalam menetapi kesabaran" [Q.S. Al Ashr: (103): 1-3].

   Imam Syafii mengatakan bahwa, "Cukup dengan Surat Al Ashr, Al-Quran sudah terwakili". Subhanallah, demikian pentingnya waktu dalam pandangan Allah.
   Dikisahkan bahwa suatu waktu Khalifah Umar bin Abdulaziz sesampai di rumah setelah mengurus jenazah Sulaiman bin Abdul Malik kakeknya ia (Umar) sedang istirahat tidur-tiduran di ranjang, kemudian datang anaknya Abdul Malik.
Ia bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, gerangan apakah yang membaringkan anda di siang hari bolong ini".
Jawab ayahnya; "Aku letih, aku butuh istirahat".
Abdul Malik berkata; "Pantaskah anda beristirahat padahal banyak pekerjaan yang harus dikerjakan, lihat di sana rakyat yang tertindas butuh pertolonganmu."
Jawab ayahnya, "Semalam suntuk aku menjaga pamanmu dan itu yang mendorong aku istirahat, nanti setelah shalat dhuhur aku akan mengembalikan hak-hak orang-orang yang tertindas dan teraniaya".
Anaknya bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, siapakah yang menjamin anda hidup sampai dhuhur. Bagaimana kalau Allah menakdirkan anda mati sekarang?"
Kemudian Umar bangun dan pergi membawa satu karung pikulan gandum, lalu mencari orang yang kelaparan.
   Dalam kisah ini, nampaklah betapa beratnya tanggung jawab untuk mengelola waktu. Bagaimana pula dengan kita yang telah diberi amanah mengurus bumi ini?
   Subhanallah, marilah kita berlindung kepada Allah dari kelalaian memanfaatkan waktu seraya memohon agar dikaruniakan kemampuan untuk mengelola waktu dengan optimal, penuh makna, sesuai dengan yang telah dituntunkan Allah dan Rosul-Nya.

   Ada dua hal yang perlu kita lakukan, agar memiliki keunggulan dalam hidup ini, yaitu:
a. Waktu boleh sama tapi isi harus beda
   Ajaran Islam sangat menghargai waktu, Allah SWT sendiri berkali-kali bersumpah dalam Al Quran berkaitan dengan waktu. Wal 'ashri (Demi waktu), Wadh dhuha (Demi waktu dhuha), Wallail (Demi waktu malam), Wannahar (Demi waktu siang).
   Allah juga sangat menyukai orang yang shalat lima waktu dengan tepat waktu, memuliakan sepertiga malam sebagai waktu mustajabnya doa, dan waktu dhuha sebagai waktu yang disukai-Nya.
   Maka, sangat beruntunglah orang-orang yang mengisi waktunya efektif hanya dengan mempersembahkan yang terbaik dalam rangka beribadah kepada-Nya.
Allah SWT berfirman dalam sebuah hadits qudsi, yang artinya,

   "Pada setiap fajar ada dua malaikat yang berseru-seru: "Wahai anak Adam aku adalah hari yang baru, dan aku datang untuk menyaksikan amalan kamu. Oleh sebab itu manfaatkanlah aku sebaik-baiknya. Karena aku tidak kembali lagi sehingga hari pengadilan." (H.R. Turmudzi).

   Cobalah bayangkan, andaikata dalam suatu perlombaan balap sepeda, dalam satu detik si A berhasil mengayuh satu putaran, si B setengah putaran, dan si C mengayuh dua putaran. Siapa yang jadi juaranya? Maka, dengan meyakinkan si C-lah yang akan berpeluang menjadi juara, mengapa? Karena pada detik yang sama si C dapat berbuat lebih banyak daripada yang lain.
   Nah, begitupun kita semua semakin banyak dan baik hal positif yang kita lakukan dalam waktu yang sama, insyaAllah kita akan lebih dekat dengan kesuksesan. Persis dengan apa yang anda lakukan saat ini, pada saat yang sama ada yang sedang tidur, sedang di WC, sedang bermain atau mungkin bermaksiat atau apa saja, dan pada saat akhir membaca tulisan ini. Maka, hasilnya pun berbeda-beda tergantung dari apa yang dilakukan, dan anda insyaAllah beruntung karena telah mendapat ilmu yang mahal yaitu bagaimana mengelola modal hidup ini, yakni waktu.

b. Sekarang harus lebih baik daripada tadi
   Sahabat-sahabat, sungguh kita merasakan bahwa seringkali kita tidak begitu serius menghargai waktu, sehingga kadang-kadang menghamburkannya tanpa guna. Kadangkala kesia-siaan selalu menjadi bagian dari hidup kita ini; bersantai-santai tanpa merasa rugi waktu, berbicara sia-sia tanpa merasa berdosa, berjalan tanpa tujuan hanya untuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Padahal, sungguh waktu adalah modal kita dalam mengarungi kehidupan ini. Kalau kita mengoptimalkan modal kita, maka beruntunglah kita, tapi kalau kita menyia-nyiakannya.Maka sangat pasti akan rugilah kita. Orang yang bodoh adalah orang yang diberi modal (waktu), kemudian dengan modal itu ia sia-siakan. Naudzhubillah.
   Padahal, andaikata hari ini sama dengan hari kemarin berarti kecepatan kita sama, tak ada peningkatan. maka tak akan pernah bisa menyusul siapapun, dan andaikata orang lain selalu meningkat, maka kita akan tertinggal dan jadi pecundang.
Rasulullah SAW mengingatkan kita dengan sabdanya,

   " Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka dia termasuk orang-orang yang merugi" (H.R. Dailami).

   Maka, satu-satunya pilihan adalah hari ini harus lebih baik dari kemarin, bahkan kalau bisa sekarang ini harus lebih baik daripada barusan tadi, dalam hal apapun. Kalau tidak demikian, maka harus diakui bahwa hari ini adalah hari yang gagal dan rugi, dan ingat andaikata hari ini lebih buruk dari hari kemarin berarti kita terkena musibah, kerugian yang sangat besar dan mencelakakan diri. Naudzhubillah, hal ini tak boleh terjadi pada diri kita.
   Rasulullah SAW sendiri mengingatkan kita untuk selalu memperbaiki waktu kita, sebab setiap waktu memiliki beban persoalan tersendiri, sabdanya,

   "Carilah yang lima sebelum datang yang lima, yaitu manfaatkanlah masa mudamu sebelum datang masa tuamu (dengan ibadah), gunakanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu (dengan amal saleh), gunakanlah masa kayamu sebelum datang masa miskinmu (dengan sedekah), gunakanlah masa hidupmu sebelum datang masa matimu (mencari bekal untuk hidup setelah mati). gunakanlah masa senggangmu sebelum datang masa sempitmu". (AlHadits).

Dari uraian diatas, maka sebenarnya ada tiga kelompok orang yang menggunakan waktu, yaitu:
1. Orang sukses, yaitu orang yang menggunakan waktu dengan optimal, dan ia melakukan sesuatu yang tidak diminati oleh orang yang gagal.
2. Orang malang, yaitu orang yang hari-harinya diisi dengan kekecewaan dan selalu memulai sesuatu dengan esok harinya.
3. Orang hebat, yaitu orang yang bersedia melakukan sesuatu sekarang juga. Bagi orang hebat, tidak ada hari esok. Dia berkata bahwa membuang waktu bukan saja sesuatu kejahatan, tetapi suatu pembunuhan yang kejam.
   Maka, mulai sekarang waspadalah terhadap waktu. Setiap detik yang kita lalui harus diperhitungkan dengan secermat-cermatnya, sematang-matangnya, dan seakurat-akuratnya, lalu mengisinya dengan hal-hal yang membuahkan peningkatan kemampuan kita.
   Kita tidak hanya perlu bekerja keras, tapi kita perlu juga bekerja keras dan cerdas. Lebih jauh kita lagi kita perlu kerja keras, cerdas dan efektif, sehingga waktu yang kita gunakan akan lebih optimal, bermakna bagi dunia dan berarti bagi akhirat nanti.
Baca Selengkapnya...

Kamis, 22 Maret 2012

Asiknya Menulis

Bismillahhirrohmannirrohim

   Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Illahi, Robb Yang Maha Memberi Ilmu, Hidayah, dan Kasih Sayang yang tiada batas. Oleh karenaNya aku diberi keberanian untuk menulis, mencari menyampaikan, dan allah-lah yang memberi petunjuk.    Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada suri tauladan umat Islam, nabi akhir zaman Rasullallah SAW, pun kepada keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman.
Ama ba’du
   Mengawali tulisan ini, yuk kita renungkan firman Allah SWT:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[(QS. Al Ashr:1-4)”
Rosullullah SAW bersabda:
“Diriwayatkan dari Muawiyah r.a, dia berkata: Saya pernah mendengar dari Rasullullah SAW. Bersabda, “Siapa yang dikehendaki oleh Allah mendapat kebaikan maka Allah memberinya pemahaman tentang Islam. Aku hanyalah orang yang memberi petunjuk. Ketahuilah bahwa umat ini (mukmin sejati) akan tetap melaksanakan perintah Allah (agama Allah) dan mereka tidak terkalahkan oleh orang-orang yang menentang mereka sampai tibanya hari kiamat.”

     Lima tahun yang lalu  pertama kali aku mencoba menulis bertema Cerpen, yah… yang gampang-gampang susah. Entah sudah berapa puluh atau mungkin ratusan judul sudah dibuat dan dikirim ke berbagai media cetak, ehemm.. Cuma satu judul yang di terbitkan. Itu pun aku tidak tahu, judul yang mana, media cetak mana, kapan diterbitkannya. Tahunya di rekening tabungan sudah ada kiriman uang gelap.
    Sulit dibayangkan dari seratusan lebih judul yang telah  dibuat, dan aku anggap bagus, menarik alur ceritanya, plus ada humor dan sedihnya, tapi cuma satu yang diterbitkan. Putus asa? Tidak!! Kesel? Waduh.. nggak terpikirkan tuh?! Nyesel? Alhamdullillah, malah beruntung.. dapet ilmu menulis, sekalipun corat-coret buat tumpukan sampah media cetak.
   Dua tahun yang lalu aku berhenti menulis . Alasan ku singkat saja, komputerku kumat alias rusak total bukan karena habis dibanting, atau ditendang. Yah… karena sudah minta ganti yang baru kali…
Sekarang?!!!! Zaman yang sudah edan, eiiit… bukan zamannya yang edan tapi manusianya yang sudah pada bungker, gila.. dan aneh-aneh, Apakah mungkin apa yang di katakan Rosullallah SAW terjadi pada zaman ini:
“Diriwayatkan dari Anas r.a, dia berkata: Rasulullah Saw, pernah bersabda, “Sebagian tanda-tanda akan terjadinya kiamat adalah: Hilangnya ilmu dan maraknya kebodohan tentang Islam. Terbiasanya mengkonsumsi minuman yang memabukkan. Perzinaan dianggap biasa.” (HR. Bukhari, no; 80)
“Pada angkatan belakangan umatku ini, akan ada orang-orang lelaki yang naik pelana kuda yang menyerupai pelana unta, lantas turun di pintu-pintu masjid. Wanita-wanita mereka berpakaian tetapi telanjang, rambut kepala mereka bagaikan kelasa unta yang tinggi. Laknatlah mereka, karena mereka adalah wanita-wanita terlaknat. Kalau di belakang (sesudah)mu nanti masih ada umat-umat lain, niscaya wanita-wanita kamu akan melayani wanita-wanita mereka, sebagaimana dahulu kamu dilayani oleh wanita bangsa-bangsa sebelum kamu.(HR. Ahmad 2: 36, nomor 7038)
“Sesungguhnya sebelum terjadinya hari kiamat, akan timbul berbagai fitnah bagaikan sepotong malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seseorang masih beriman, tetapi pada sore harinya telah menjadi kafir. Pada sore harinya beriman, tetapi pada pagi harinya telah kafir. Pada saat itu orang yang duduk lebih baik dari pada orang yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada berlari. Karena itu pecahkanlah kekerasanmu, potonglah tali busurmu, dan pukulkanlah pedangmu ke batu (yakni jangan kau gunakan untuk memukul atau membunuh manusia), jika salah seorang di antara kamu terlibat dalam urusan (fitnah) itu, maka hendaklah ia bersikap seperti sikap terbaik dari dua orang putra Adam (yakni bersikap seperti Habil, jangan seperti Qabil) (Musnad Ahmad 4:408)

   Naudzubillah minal fitnah, apakah pada hari ini, atau zaman ini segala fitnah sedang mewabah, waw.. kita tidak usah dibuat pusing dengan terlalu banyak memikirkan kejadian sekarang, dan yang akan datang. Sungguh tidak ada artinya, jika kita tidak dibekali dengan ilmu din, ilmu agama yang mampu menjadi senjata dalam menghadapi serangan fitnah. Dan takwa yang menjadi perisai dalam menghalau fitnah..
   Suka tidak suka semua keadaan zaman harus dihadapi, ups… yach.. melenceng dari tema tulisan nih. Maaf yach.. inilah Kalau sudah asik menulis, jemari ketak-ketik mengikuti komando terawang pikiran yang terinspirasi oleh dunia khayal ataupun yang didasari dengan disiplin ilmu. Melalui tulisan seluruh unek-unek, kekesalan, kejenuhan, kemarahan, dan aneka emosi yang aneh-aneh pun bisa terobati, terlupakan, bahkan bisa jadi hilang tanpa bekas.
   Tulis, tulis, dan tulis satu ilmu yang aku ingat ketika aku membaca memoar penulis sekaliber Pipiet Senja. Kesan pertama kali orang mau membuat tulisan pasti hasilnya akan kaku, acak-acakan, dan tidak ada alur cerita yang jelas. Yah.. hal yang wajar, dan semua penulis yang sudah beken dan ahli membuat kata demi kata sehingga mampu memberi kesan yang sulit dibayangkan dengan kata-kata pula, ketika baru pertama kali membuat sebuah tulisan pasti mengalami hal yang serupa.
   Seiring dengan waktu, dan tulis demi tulis berjalan tanpa henti dan putus asa, pun pengalaman tentang dunia seni tulis menulis bertambah. Maka kematangan berkreasi akan memaksa seseorang menciptakan sebuah tulisan menarik. Hingga kita pun hampir tidak percaya, akan tulisan yang telah dibuat.
   Satu tantangan baru aku memulai kembali coret mencoret. Ada kesan ragu, dan apa yang membuat aku ragu, sepertinya tidak bisa aku tulis. Wuissst.. jalani hidup, nikmati tulisan demi tulisan. Beban yang terpikul di pikiran terasa berkurang. Tulisan tanpa alur, menggelitik, dan menarik untuk dibaca.
   Sekian dulu.. tunggu tulisan selanjutnya, pasti menarik.. Amiiin

Wassallam  
Baca Selengkapnya...

Sabtu, 17 Maret 2012

Ramalan Nostradamus-Perang Dunia III

ramalan nostradamus-perang dunia III

Bismillahirrohmannirrohim
      Aku berlindung kepada Allah Sang pemilik Alam beserta isinya, yang Maha Mengetahui apa yang tersembunyi atau pun yang nyata Allah dari fitnah dunia yang mendekati ku. S
holawat dan salam tercurah kepada junjungan dan suri tauladan umat manusia Nabi Muhammad SAW.

       Sebagai pendahuluan dalam tulisan ini, mari membuka dan merenungi lembaran Al Qur'an Surat Al Hadid ayat 22,  Allah berfirman:


"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi ini dan tidak pula pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya." 
     Selanjutnya dari Abdullah bin Amr bin Ash, ia bercerita, aku pernah mendengar Rasulullah  SAW bersabda:


"Allah telah menetapkan takdir makhluk ini sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dalam jarak waktu lima puluh ribu tahun. Dan Arsy-Nya di atas air." (HR.Muslim; 2156)
Amma ba'du.


     Sebelumnya saya merasa ragu untuk memasukkan buku bertema ramalan. Oleh karena dikhawatirkan dapat mengundang kerancuan hidup, terutama menyangkut prasangka aku kepada Allah yang telah menepatkan Qadha dan Qodhar. Maha Suci Allah dan aku memohon ampunan atas segala kekhilafan yang menyertaiku. 
     Dialog dengan Jin Muslim,  dan Menyongsong Imam Mahdi sang penakluk Dajjal  karangan Muhammad Isa Dawud adalah buku yang memperkenalkan aku kepada peramal yahudi Nostradamus. Aneh dan bikin penasaran kiranya memaksa saya mencari dan ingin sekali baca buku ramalan Nostradamus.
     Tanda-tanda perang dan bencana abad XXI Nostradamus oleh Ashok K Sharma versi terjemahan bahasa Indonesia. Penerbit Delphi Publisher cetakan ketiga Maret 2006.
     Berikut beberapa Ramalan dalam bentuk kuatrain yang ditafsirkan oleh penulis dari India beserta gambaran umum mengenai ramalan yang akan terjadi menurut ramalan Nostradamus yang diawali oleh sumpah atau ancaman Nostradamus.

LEGIS CAUTIO CONTRA INEPTOS CRITICOS


Qui Legent hos versus, mature censunto.

Prophanum Vulgus and inscium ne attectato.


Amnesque Astrologi, Blenni, barbaria Procul Sunto,
Qui aliter faxit, is rite sacer esto.


Artinya:
 

Mereka yang membaca ramalan-ramalan ini sebaiknya melengkapi diri dengan pikiran yang matang. Pikiran yang profan, vulgar dan bodoh sebaiknya jangan mencoba-coba mempelajari karya ini. Para ahli nujum (astrolog), Orang-orang bodoh dan kaum barbar sebaiknya jangan mencoba menafsirkan kuatrain-kuatrain ini. Siapapun orangnya yang bertindak sebaliknya akan terkutuk berdasarkan bunyi baitnya.

Pada tahun 1999 dan bulan ketujuh,
dari langit akan muncul raja kengerian untuk melawan raja Mongol (Jacquerie)
Sebelum dan sesudahnya, Mars akan berkuasa

(X-72)

Pada rasi Cancer 45 derajat, kiamat akan turun,
hawa panas yang menghancurkan, ikan-ikan di kolam,
sungai dan laut akan mendidih
Berge-Bigor akan menjadi korban dari api yang menjulur dari langit.
(V-78)



     Tidak bisa dipungkiri bahwa ramalan-ramalan ini memberikan beberapa petunjuk mengenai kehancuran WTC di New York 11 September 2001. Pada bulan kesembilan dari abad baru (2001) pukul 09.00 peristiwa tragis ini terjadi. Mengingat kaisar-kaisar besar yang meraup kekuasaan dengan modal kebiadaban dan keganasan, seperti Kaisar Mongol Jenghis Khan dan Timur Lank maka Nostradamus menggunakan nama-nama ini untuk menyebutkan para teroris yang juga dikenal karena kebiadaban dan keganasannya. Jadi ramalan ini mengenai Osama Bin Laden, yang melanjutkan tradisi pembantaian dari Kaisar Mongol tersebut di atas yang terkenal karena keganasannya.

     Tambahan lagi, apabila anda melihat peta maka akan anda jumpai bahwa New York dan Washington terletak antara 40-45 derajat gaaris lintang. Insiden ini terjadi ketika Matahari melewati rasi Cancer (21 juli): Seperti halnya kota kembar Perancis Berne-Bigor yang disebut dalam kuatrain, WTC juga memiliki menara kembar. Di sinilah hubungan itu nampak logis.

     Dalam 270-an dari ramalan-ramalannya, Nostradamus telah menggambarkan Perang Besar yang paling mengerikan pada masa datang. Dia mengatakan bahwa ketika Jupiter dan Saturnus bertemu di rasi Aries, perang yang mengerikan akan pecah. Penyebab peperangan ini adalah persahabatan yang terlalu ambisius antara negara-negara Arab dan Cina. Dia melihat kemungkinan terjadinya pertumpahan darah dan kehancuran yang melanda daratan Eropa.

      Sebelum ramalan ini, Nostradamus menebak mengenai Awal runtuhnya Komunisme dan pecahnya Uni Sovyet. Namun dalam masa transisi besar ini, Nostradamus melihat besarnya peran bangsa Rusia. Mungkin juga disebutkan bahwa banyak peristiwa penting telah terjadi di dalam sejarah Inggris ketika saturnus melintas melewati rasi Aries, yaitu hukuman mati bagi Charles-1, Perang yang dilakukan Napoleon dan Perang Dunia I dan II. Selama masa ini seluruh keberadaan Inggris sedang dalam ancaman.

      Sebelum masa ini, perpindahan Yupiter dari rasi Pisces dan diamnya Saturnus dalam Cancer telah menimbulkan banyaknya sekali perubahan penting dalam sejarah India. Dalam proses ketika Yupiter-Saturnus bergabung dalam Aries, tentunya tanpa disengaja, maka peristiwa-peristiwa historis dan tak terlupakan akan menimbulkan pengaruhnya yang besar ke seluruh dunia.

     Perang Teluk pecah ketika gabungan Saturnus-Rahu muncul di Aries pada 1991 yang  hampir menyerupai Perang Dunia kecil, melibatkan sebesar 21 negara. Dengan berlandaskan kajian yang dibuat oleh Vrihat Samhita dikatakan bahwa situasi-situasi mengerikan akan muncul apabila Yupiter dan Mars bertemu dalam rasi apapun. Semua astrolog besar sepakat bahwa kerjasama antara Maroko, Tunisia, Siria, Israel (rasi Skorpio), Iran, Asia kecil, Rusia dan Polandia akan menciptakan latar belakang bagi perang dunia.

      Roma akan menghadapi serangan dari timur. Pihak gereja akan meminta bantuan Amerika. Kaum pemberontak tidak menerima pimpinan agama Roma(Paus). Pemberontak yang menduduki kekuasaan akan menuntut hukuman mati bagi pemimpin-pemimpin gereja. Italia Utara secara sepihak akan mengumumkan kemerdekaannya dan memberi jalan masuk bagi para pemuka gereja dan

Singkatnya, puncak konfrontasi ini akan menjadi ajang perebutan supremasi antara negara-negara Islam dan Barat. China dan Myanmar, yang dikendalikan oleh rasi Libra, juga akan terkena dampaknya. Namun, Inggris dan Amerika tak luput pula akan menderita kerusakan.hebat, seperti yang diramalkan sebelumnya oleh para ahli astrologi, Asia Tenggara akan lepas dari lubang jarum.
   
Baca Selengkapnya...

Minggu, 19 Februari 2012

Hakikat Kehidupan yang Sesungguhnya

Sumber: Judul Buku: Hidup Setelah Mati (Fase Perjalanan Manusia Menuju Akhirat) Bab.1
             Penyusun   : Kelompok Telaah Kitab Ar-Risalah
             Penerbit     : Granada Mediatama

     Setiap kita saat ini sebenarnya sedang berada dalam sebuah penantian menuju perjalanan yang meletihkan. Sebuah perjalanan panjang menuju negeri keabadian, negeri yang akan memisahkan orang-orang fajir dan orang-orang shalih yang beriman, negeri yang iman seseorang akan memberikan manfaat baginya sedang penyesalan seseorang tidak akan membawa manfaat baginya. Inilah sebuah fase perjalanan yang menyebabkan manusia akan brkata "Sungguh hidup kita di dunia tidak lebih dari sesaat saja". Bagaimana mereka tidak mengatakan bahwa 60 tahun hidup yang mereka jalani di dunia bagai hidup sesaat saja? Bukankah satu hari di padang mahsyar sepeerti 50.000 tahun hidup yang sesungguhnya. Bagaimana kita dapat membayangkan letih dan lamanya masa saat itu? Hidup dalam keadaan telanjang tanpa mengenakan selembar benangpun, berdiri di atas tanah yang hanya cukup untuk kedua telapak kaki, tanpa makanan dan minuman, tanpa naungan dan hiburan, tanpa hubungan nasab dan tali persaudaraan. Seluruh manusia dari sejak Adam hingga mereka yang menyaksikan kehancuran alam semesta akan dikumpulkan menjadi satu. Langit dan bumi sudah diganti dengan yang baru. Matahari didekatkan hingga satu mil di atas ubun-ubun manusia, keringat bercucuran dan semuanya hanya akan sibuk dengan dirinya sendiri. Sebuah pemandangan yang paling mengrikan dan menakutkan bagi setiap yang menyaksikan.
     Sesungguhnya seorang hamba dituntut untuk mengetahui masa depan hidupnya yang hakiki, sehingga ia akan mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Setiap manusia akan membuat garis hidupnya untuk menghadapi kehidupan dunia ini dan masa depannya. Padahal sesaatnya kehidupan dunia itu tiadalah sebanding dengan kehidupan dan masa depannya yang hakiki itu. Dengan demikian, sudah selayaknya jika seorang mukmin yang berakal telah menggariskan untuk dunianya dan lebih-lebih akhiratnya.
     Ada seorang yang datang kepada Sufyan Ats Tsauri rhm lalu berkata: "Berilah aku nasehat"' kemudian Sufyan berkata: "Beramallah kamu untuk dunia sesuai dengan lamanya kamu tinggal di situ, dan beramallah kamu untuk akhiratmu berdasarkan kekekalan dan keselamatanmu di akhirat."1
     Kehidupan di dunia hanyalah ladang untuk beramal dan beribadah kepada Allah, demi meraih panen yang baik di akhirat kelak. Dunia adalah tempat beramal dan berkarya, dan akhirat adalah tempat hidup yang sebenarnya, karena di sanalah semua usaha manusia dan jin akan mendapatkan balasan yang setimpal.
Dengan demikian, kehidupan dunia sejatinya adalah medan ujian. Ujian untuk menentukan siapa yang taat kepada Allah dan siapa yang durhaka kepada-Nya. Ujian untuk menentukan siapa yang bersyukur kepada Allah dan siapa yang kufur kepada nikmat-Nya. Ujian untuk mengukur siapa yang lebih baik amal dan takwanya. Allah berfirman:
"Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian, siapakah di antara kalian yang paling baik amal perbuatannya." (QS. Al-Mulk: 2)
"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk menguji mereka, siapakah di antara mereka yang paling baik amal perbuatannya." (QS. Al-Kahfi: 7)
"Dan Kami menguji mereka dengan nikmat-nikmat yang baik dan bencana-bencana yang buruk, agar mereka kembali kepada kebenaran." (QS. Al-A'raf: 168)
"Dan Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (cobaan yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kalian akan dikembalikan." (QS. Al-Anbiya: 35)
      Menafsirkan ayat di atas, iamam Ibnu Katsir berkata: "Maksudnya adalah Kami menguji kalian, terkadang dengan berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan. Kami akan melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur; siapa yang bersabar dan siapa yang putus asa. Ebnu Abbas berkata: "Kami akan menguji kalian dengan kesusahan dan kelapangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kemiskinan, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan."2
     Tatkala nabi Sulaiman melihat singgasana ratu Saba dibawa ke hadapannya dalam waktu yang sangat singkat, tak melebihi waktu yang dibutuhkan untuk mengedipkan mata, ia mengatakan: "Ini adalah karunia dari Allah untuk mengujiku apakah aku akan bersyukur atau mengkufuri nikmat sendiri. Dan barang siapa yang kufur, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya Lagi Maha Mulia." (QS. An-Naml: 40)
     Agar manusia dan jin tidak tertipu oleh keindahan hidup di dunia dan terpedaya oleh bujuk rayu setan, Allah memperingatkan mereka akan kecilnya kenikmatan hidup di dunia, bila dibandingkan dengan kenikmatan hidup di akhirat. Banyak ayat Al-Qur'an dan hadits nabawi yang menegaskan betapa remeh, tidak berharga, dan tercelanya dunia dengan segala bentuk keindahan dan perhiasannya.
     Allah berfirman :
     Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Ali Imran: 185)
     Dan kehidupan di dunia itu tidak lain hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh, akhirat itu adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, maka tidakkah kalian memahaminya. (QS. Al-An'am: 32)
     Dan kehidupan di dunia itu tidak lain hanyalah sendau gurau dan main-main belaka. Dan sesungguhna akhirat itu kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui. (QS. aL-Ankabut:64)
     Wahai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara, dan sesungguhnya akhirat itu negeri yang kekal. (QS. Ghaafir: 39)
     Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda-kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran: 14)
     Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, suatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah di antara kalian serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak. Ia seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani. Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras, ampunan dari Allah dan keridhaaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadid: 20)
     Rasulullah bersabda:
     "Sekiranya nilai dunia ini di sisi Allah sebanding dengan satu sayap nyamuk, tentulah Allah tidak akan memberi kenikmatan dunia kepada seorang kafir pun, meski sekedar seteguk air minum."3

     Dari Mustaurid bin Syadad, ia berkata: Rasulallah bersabda:
     "Demi Allah! Tidaklah nilai kenikmatan hidup dunia di akhirat kelak kecuali seperti salah seorang di antara kalian yang memasukkan sebuah jarinya ke dalam air laut. Maka hendaklah ia melihat berapa banyak air yang menempel pada jarinya manakala diangkat dari dalam air laut."4

     Orang-orang yang beriman dan bertakwa tidak akan tertipu oleh keindahan hidup dunia dan bujuk rayu setan. Mereka akan mempergunakan seluruh kenikmatan duniawi yang mereka miliki sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mempersiapkan bekal ke akhirat kelak. Mereka hanya mengambil kenikmatan dunia sebatas apa yang mencukupi standar kelayakan hidup semata. Selebihnya mereka curahkan beramal shaleh demi mengharapkanan hidup yang lebih baik dan kekal di surga kelak. Sebagaimana firman Allah:
     Maukah kalian Aku beritahukan hal yang lebih baik dari seluruh harta kekayaan tersebut? Yaitu orang-orang yang bertakwa. Bagi mereka di sisi Rabb ada surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya. Bagi mereka pasangan-pasangan yang suci dan ridha dari Allah dan Allah maha Mengetahui hamba-hamba-Nya.

     Yaitu orang-orang yang mengatakan: "Wahai Rabb kami! Sesungguhnya kami telah beriman maka anpunilah dosa-dosa kami dan selamatkanlah kami dari siksa neraka."

    Mereka adalah orang-orang yang senantiasa bersabar, berkata jujur, tekun beribadah, gemar mensedekahkan sebagian harta, dan meminta ampunan Allah di waktu sahur. (QS. Ali Imran: 15-17)


Ups...?! Mataku sudah berkunang-kunang, badan terasa nyeri, kaki dan tangan jadi kaku, terlebih jemari sepertinya enggan untuk melanjutkan ketak-ketik.. Padahal tugas ini belum selesai... Ah... Biarin?!! Aku lanjutkan besok saja yah..
Baca Selengkapnya...

Coretan Tamu

CORETAN TAMU